RN - Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) telah memutuskan untuk mempercepat pelaksanaan Kongres Luar Biasa (KLB).
Salah satu pertimbangan untuk mempercepat KLB agar kompetisi Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 bisa bergulir kembali. Hal itu sesuai dengan rekomendasi dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan.
Pendiri Football Institute, Budi Setiawan memberikan pandangannya terkait nama-nama yang dianggap layak menggantikan Mochamad Irawan sebagai ketua umum PSSI yang baru. Salah satunya adalah Erick Thohir.
BERITA TERKAIT :"Ada beberapa nama yang beredar seperti sosok Erick Thohir, menurut saya orang yang pantas untuk maju sebagai ketua PSSI yang kedua ada Hary Tanoesoedibjo yang sudah menjadi ketua Asosiasi Futsal selama kurun waktu lebih dari tujuh tahun, lalu ada Pak Aqsanul Khosasih sebagai presiden Klub Madura United," tuturnya dalam jumpa pers di bilangan Mulawarman, Jakarta, Senin (31/10/2022).
"Tiga orang itu punya profil yang bagus. Namun jika ada nama-nama lain dan lebih berkompeten, silakan saja," tambahnya.
Erick Thohir yang merupakan Menteri BUMN dinilai Budi punya rekam jejak yang sudah mumpuni. Erick pernah mengelola klub-klub sepakbola termasuk Inter Milan.
"Reputasi sepakbolanya sudah teruji, dulu pernah kelola Inter Milan kini Oxford United bersama Anindya Bakrie. Artinya, kalau beliau jadi minimal calon ketum maka syarat punya jaringan nasional dan internasional sudah terpenuhi ditambah dengan pengalamannya," papar Budi.
Lebih lanjut, Budi mengatakan, PSSI diharapkan bisa lebih transparan dalam visi misi serta pemilihan ketua umum. Sebab selama ini, hanya melalui votter dalam hal ini adalah Komite Eksekutif (Exco) PSSI.
"Selama ini, negosiasinya selalu dilakukan di 'ruangan tertutup'. Klub-klub memberikan dukungan tertulis tanpa mengetahui visi dan misi sosok calon ketum yang apakah layak," ungkapnya.
Sementara dari hasil survei terbaru Football Institute bertajuk Persepsi Fans Sepakbola Nasional terhadap Kondisi Terkini Sepakbola Nasional, Budi menjabarkan hampir 50 persen suporter tidak puas terhadap kepemimpinan Mochamad Iriawan sebagai ketua umum PSSI.
“Persepsi publik terhadap PSSI di bawah kepemimpinan Iwan Bule, 32,1 persen menjawab biasa-biasa saja,” kata Budi
“Ada yang tidak puas, ada yang sangat tidak puas, ada yang memuaskan. Tapi angka rata-ratanya, posisinya di angka 32 persen bahwa kinerja pengurus PSSI biasa-biasa aja,” tambahnya.
Dalam survei, suporter yang menyatakan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Iwan Bule sebesar 43,2 persen. Dengan rincian 15,6 persen merasa sangat tidak memuaskan dan 27,6 persen tidak puas dengan kinerja Iwan Bule.
Sementara suporter yang menyatakan puas terhadap Iwan Bule dalam memimpin PSSI, sebesar 24,7 persen. Bila dirinci, 23,5 persen merasa memuaskan dan hanya 1,2 persen sangat memuaskan.
"Dari data survei kami melihat ini ada kontradiksi antara penilaian suporter terhadap kinerja PSSI dengan kepuasan di level tim nasional. Suporter mengganggap kinerja PSSI biasa-biasa saja, tapi di satu sisi mereka menilai tim nasional di bawah di Iriawan dan Shin Tae-yong bagus, ada peningkatan," urai Budi.
Berdasarkan hasil survei Football Institute bekerja sama dengan Perhimpunan Riset Pemasaran Indonesia (Perpi) tersebut menunjukkan sebesar 46,7 persen suporter menganggap ada peningkatan prestasi di bawah Iriawan dan Shin Tae-yong.
Hanya 25,9 persen suporter yang menilai prestasi skuat Garuda-julukan Timnas- jelek selama kepemimpinan Iriawan sebagai Ketum PSSI. Sedangkan 27,4 persen sisanya merasa biasa-biasa saja.
Selain itu dari data, PSSI ternyata memberikan santuan dan bantuan kepada korban tragedi Kanjuruhan. "Bentuknya berapa, nominalnya berapa saya tidak tahu, tapi yang menjadi isu adalah aktivitas ini tidak muncul di publik. Kenapa tidak muncul? karena pengelolaan komunikasinya tidak baik sehinga situasinya semakin lama hampir satu bulan, besok ini 1 November adalah satu bulan tragedi Kanjuruhan," bebernya.
Hal ini menjadi catatan dari PSSI karena cukup terlambat mengambil sikap dalam tragedi Kanjuruhan. "Walaupun pada akhirnya PSSI mengambil sikap tidak perlu perbaiki komunikasi, kita langsung percepat KLB untuk menjawab tuntutan suporter dan masyarakat," imbuhnya.
Survei Football Institute ini berlangsung selama 15-21 Oktober 2022. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin error 2,83 persen dan confident interval 95 persen.
Dalam surveinya, Football Institute melibatkan sebanyak 1200 orang sebagai responden, yang tersebar di enam kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, dan Malang.
Budi menambahkan, hasil survei ini telah diserahkan pagi tadi kepada Presiden Jokowi. "Harapan kami Pak Presiden dapat membaca hasil survei dari Football Institute tentang afirmasi masukan suporter terhadap kondisi di Tragedi Kanjuruhan," pintanya.