RN - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD memberikan warning. Tragedi Manjuruhan, Malang bisa saja menyeret PSSI.
Saat ini Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan terus bekerja untuk mengusut peristiwa yang menyebabkan ratusan suporter meninggal dunia pada Sabtu (1/10/2022).
Dari hasil investigasi tersebut, tim akan membuat laporan yang direncanakan rampung pekan depan. TGIPF sedang turun ke lapangan yang berada di tiga wilayah, yakni Jakarta, Malang, dan Surabaya. Tujuannya untuk menemui sejumlah narasumber dan mencari bukti-bukti fisik.
BERITA TERKAIT :Mahfud menjelaskan, TGIPF juga akan mendalami terkait persoalan dalam tubuh PSSI yang dinilai selama ini selalu terulang. Sehingga nantinya diharapkan tim gabungan tersebut dapat menyampaikan rekomendasi yang sifatnya jangka panjang kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Tim ini akan menggali lebih jauh penyakit-penyakit PSSI yang selama ini selalu terulang, nanti akan digali oleh tim ini untuk disampaikan sebagai rekomendasi yang lebih bersifat jangka panjang," ujarnya di Jakarta.
"Yang menyangkut latar belakang, budaya, regulasi, dan sebagainya ini tim nanti yang akan selesaikan kepada Presiden. Sehingga sebagian laporan tim itu merupakan langkah lanjut yang dilakukan oleh Polri," tambahnya menjelaskan.
Sementara itu, Mahfud menilai, penanganan yang bersifat jangka pendek sudah selesai dilakukan. Hal ini, jelas dia, terlihat dari sudah ada tersangka yang ditetapkan oleh Polri dalam kasus ini, pemecatan aparat keamanan, hingga perintah Presiden kepada Menteri PUPR untuk renovasi stadion sepak bola di seluruh Indonesia.
"Menurut saya ribut-ribut urusan Kanjuruhan itu kalau segi yuridis dan penindakan hukumnya sudah hampir dapat dikatakan selesai karena tersangkanya sudah enam. Kemudian, yang dijatuhi sanksi administratif, pemindahan penurunan jabatan dan sebagainya ada 10 (orang) dari aparat. Jadi untuk tanggap daruratnya sudah selesai," tutur dia.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) telah menetapkan enam orang tersangka dalam tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang, dengan pasal berbeda. Tersangka itu terdiri atas tiga warga sipil dan tiga anggota kepolisian.
Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menyebutkan peran tiap-tiap tersangka, yaitu AHL merupakan orang yang bertanggung jawab untuk memastikan setiap stadion memiliki sertifikasi yang layak fungsi. Namun, pada saat menunjuk stadion LIB, persyaratan layak fungsinya belum dicukupi dan menggunakan hasil verifikasi tahun 2020.
Sementara AH, yang merupakan pelaksana dan koordinator penyelenggara pertandingan yang bertanggung jawab pada LIB, ditemukan tidak membuat dokumen keselamatan dan keamanan bagi penonton di stadion.
Lalu, SS selaku security officer, tidak membuat dokumen penilaian risiko. Bertanggung jawab untuk dokumen penilaian risiko untuk semua pertandingan. Dan juga, memerintahkan petugas untuk meninggalkan pintu gerbang pada saat terjadi insiden.
Kabag Ops Polres Malang Kompol WSS, lanjutnya yang bersangkutan mengetahui terkait adanya aturan FIFA tentang pelarangan penggunaan gas air mata. Namun, tidak mencegah atau melarang pemakaian gas air mata pada saat pengamanan.
Sementara Danki III Brimob Polda Jatim AKP H dan Kasat Samapta Polres Malang BSA adalah orang yang memberi perintah kepada anggotanya di lapangan untuk melakukan penembakan gas air mata pada saat terjadi kericuhan pasca-pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya. Yang terakhir, Kasat Samapta Porles Malang AKP BS yang memerintahkan anggotanya untuk melakukan penembakan gas air mata.
Adapun inisial keenam tersangka merujuk kepada keterangan, Direktur Utama LIB Ahmad Hadian Lukita, Ketua Panitia Pelaksana Arema Malang Abdul Haris, Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi, Komandan Kompi Brimob Polda Jatim inisial AKP Hasdarman, dan Security Steward Suko Sutrisno.
Petisi PSSI
Warganet ramai-ramai meminta Ketua Umum PSSI Komjen (Purn) Mochamad Iriawan alias Iwan Bule mundur. Saat ini sudah terdapat 41.690 tanda tangan petisi lewat laman Change.org.
Petisi itu mendesak Iwan Bule mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI. Desakan mundur muncul imbas Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang di Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).
Iwan Bule sudah meminta maaf secara terbuka pasca tragedi Kanjuruhan. Diketahui, petisi pertama datang dari praktisi hukum Emerson Yuntho. Hingga Minggu (9/10/2022) pukul 09.25 WIB, petisi itu sudah diteken 15.879 warganet.
Sebelumya, petisi ini menargetkan tanda tangan 15.00 orang, namun kini target itu telah diperbesar ke 25.000 tanda tangan.
Emerson menjelaskan, hingga petisi itu dibuat, belum satu pun pengurus dan pimpinan PSSI maupun PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab moral.
“Melalui Petisi ini Kami Suporter Sepak Bola Indonesia dan Masyarakat Pecinta Sepak Bola Indonesia mendesak Mochamad Iriawan, Ketua Umum PSSI beserta semua pengurus di PSSI serta Akhmad Hadian Lukita, Direktur PT LIB untuk mengundurkan diri dari jabatannya,” tambah Emerson.
Ia menambahkan, petisi ini selain diprakarsai olehnya, juga diprakarsai dan didukung beberapa pihak lain yakni Richard Ahmad Supriyanto, Purnomo Wijoyo, Bagus Ari Wibowo, Richo Vebrian, Febrianto, Suprapto Koting, Syahyang Sukma, Ervan Nurachman, Nugroho Dewanto, Arry Anggadha, Kenrick Philbert, Rapco Tarigan, dan Haris Azhar.
Petisi kedua diunggah di laman yang sama oleh Perkumpulan Jurnalis Rakyat (Pijar), yang telah diteken 25.811 orang hingga berita ini disusun, dari target 35.000 tanda tangan. Petisi ditulis oleh Suhari Et yang menyinggung soal skala Tragedi Kanjuruhan yang jadi tragedi sepakbola terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
“Polisi sudah benar dengan analisisnya. Panitia sudah benar dengan suratnya ke LIB. Juga sudah benar tidak mengalokasikan jatah kursi untuk suporter Persebaya. Di dalam stadion sebenarnya sudah tidak ada lagi faktor penentu yang bisa memicu kerusuhan. Kalau pun mereka kecewa kepada tim Arema, itu kekecewaan orang yang mencinta. Tidak akan mencelakakan mereka,” kata Ete.