RN - Sepakbola Indonesia berduka. Sejarah paling kelam terjadi usai laga Arema FC kontra Persebaya yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Korban meninggal dunia buntut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan saat gelaran BRI Liga 1 bertambah. Berdasarkan informasi dari Komunitas Peduli Malang pada Minggu (2/10/2022), korban meninggal dilaporkan menjadi 153 orang.
Kerusuhan bermula ketika hasil pertandingan derbi Jatim ini ternyata tidak bisa diterima pendukung Arema FC. Mereka kecewa dan langsung berhamburan masuk ke lapangan dengan meloncati pagar, membuat situasi tak terkendali.
BERITA TERKAIT :Jajaran pengamanan pun terlihat kewalahan menghalau kericuhan tersebut. Situasi makin tak terkendali ketika pihak keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribune penonton. Kericuhan di Stadion Kanjuruhan menimbulkan korban yang tidak sedikit. Ratusan nyawa melayang.
Menurut keterangan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, sebanyak 127 orang tewas, termasuk dua anggota Polri.
Gilang Widya Pramana atau lebih dikenal sebagai bos Juragan 99 menyayangkan tragedi memilukan itu terjadi. Melalui akun Instagram pribadinya yakni @juragan_99, Gilang mengungkapkan rasa belasungkawanya.
"AREMANIA & NITA BERDUKA, Tidak ada sepak bola yang seharga nyawa," tulis Gilang menyertai foto simbol belasungkawa dengan pita putih berlatar hitam.
Menilik data dari Football Stadiums, insiden Kanjuruhan merupakan tragedi stadion sepakbola terbesar kedua dalam sejarah jika melihat jumlah korban meninggal.
Adapun kejadian paling memilukan dalam sejarah sepak bola terjadi pada 24 Mei 1964 di Estadio Nacional, Lima, Peru. Saat itu, Peru bertanding melawan Argentina dalam kualifikasi Olimpide. Peru tertinggal 0-1 dan berhasil menyamakan kedudukan pada menit-menit akhir. Namun, gol penyama kedudukan Peru dianulir oleh wasit. Hal itu kemudian menimbulkan kerusuhan yang mengakibatkan 328 orang tewas.