Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
OPINI

Banyak Kader PSI Pindah, Pengamat: Bisa Jadi Banyak Yang Dukung Anies

RN/NS | Senin, 11 Juli 2022
Banyak Kader PSI Pindah, Pengamat: Bisa Jadi Banyak Yang Dukung Anies
Ilustrasi
-

RN - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sedang tidak baik-baik saja. Parpol yang mengklaim sebagai partai anak muda itu kini banyak kadernya loncat ke partai lain.

Ada apa dengan PSI? Salah seorang dari puluhan eks Calon Legislatif (Caleg) PSI membeberkan alasan dirinya hengkang dari Partai yang diketuai oleh mantan vokalis grup band tersebut. Menurutnya, Perindo dinilai memiliki aksi nyata terlebih dalam hal kesejahteraan rakyat.

Hal itu, diungkap eks Caleg PSI yang telah mendaftar menjadi Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) Partai Perindo, yakni Erlangga Putra. Menurut Erlangga, banyak perbedaan paham yang kerap Ia rasakan di Partai yang Ia jajaki sebelumnya.

BERITA TERKAIT :
Gubernur Kalsel Nyerah Aja, Paman Birin Sudah Dicegah Ke LN 
Duit Fee Proyek Jatah Gubernur Kalsel Sahbirin Noor Di Dalam Kardus

"Lebih ke arah udah memiliki perbedaan paham, sih. Dari visi misi juga udah berbeda. Jadi lebih baik pisah daripada nggak sejalan kan, namanya kapal kalau udah nggak sesuai sama nahkodanya pasti hancur kan, jadi lebih baik kita berpisah," ujar Erlangga di DPP Partai Perindo, Sabtu (9/7/2022).

Lebih lanjut, Erlangga menuturkan, Perindo dinilai memiliki program yang tidak hanya mengobral janji semata. Namun, Perindo turut memberikan aksi nyata yang menunjukan adanya konsistensi berdiri bersama rakyat.

"Semua pasti memiliki program masing-masing, ada plus minusnya masing-masing, tapi yang saya lihat dari Perindo ini adalah benar-benar sudah terbukti lah dari UMKM nya, gerobak-gerobaknya, itu merupakan bukti nyata untuk rakyat," paparnya.

Sebelumnya, belasan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kabupaten Bandung Barat (KBB) memutuskan hengkang dan bergabung ke perahu Partai NasDem.

Para kader yang mayoritas merupakan pentolan partai DPD PSI dan DPC itu berbondong-bondong mendatangi kantor DPD NasDem, pada Kamis 7 April 2022.

Mereka mengaku mengalami dinamika politik luar biasa sehingga memutuskan untuk hengkang.

"Saya bersama 14 orang mantan kader PSI memutuskan untuk bergabung dan memperkuat NasDem. Dinamika politik menyebabkan kita harus memilih jalan ini," kata Rinto, salah satu kader PSI yang sempat menjabat sebagai wakil ketua DPD.

Rinto tak mau bercerita lebih detail terkait dinamika politik di tubuh PSI Bandung Barat.

Ia menegaskan persoalan tersebut adalah masalah internal partai dan dirinya bersama beberapa kawan lamanya telah menyelesaikan secara baik-baik.

"Pertama saya keluar. Terus temen-temen lain dari pengurus DPC PSI seperti Lembang, Cililin dan Cipongkor, mengikuti jejak saya," terang Rinto.

Adapun terkait pilihan hijrah ke Partai NasDem tak lain karena ada persamaan visi yakni sama-sama partai yang mengusung politik tanpa mahar.

"Kami memilih NasDem karena partai ini ada kesamaan visi dengan PSI yakni politik tanpa mahar," pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Bapilu DPD NasDem KBB, Asep Hendra Maulana mengatakan menyambut baik adanya rombongan kader PSI bergabung ke NasDem.

Menurutnya, mantan kader PSI mayoritas adalah milenial, pemuda, dan kritis. Hal ini bisa jadi modal bagi NasDem untuk meraih target di Pemilu 2024.

"Di Partai Nasdem siapa pun berhak bergabung. Hadirnya kawan-kawan mantan politisi PSI ini satu nilai positif. Saya optimis ini tambah daya gedor karena kebanyakan Milenial dan Pemilih muda realistis," pungkasnya.

Dukung Anies

Banyaknya kader PSI yang loncat membuat partai pimpinan Giring Ganesha terancam. Sebab, untuk bertarung di Pemilu 2024 membutuhkan kekuatan dan soliditas kader.

"PSI sedang tidak baik-baik saja. Banyak kader pindah dan ini bisa membahayakan PSI," tegas Komunikolog Politik dan Hukum Nasional Tamil Selvan kepada wartawan, Minggu (10/7) malam.

Kang Tamil sapaan akrabnya bisa saja nasib PSI seperti di 2019 dan menjadi partai gurem di bawah 5 persen. "Harus ada konsolidasi ulang kalau mau lolos PT," ungkap pria yang biasa disapa Kang Tamil.

Kang Tamil menduga ada pola yang salah para elit PSI dalam mengelola partai. "Ada kesan PSI ini malah bermain isu-isu sensitif saja elitnya. Dan gagal dalam melakukan konsolidasi ke bawah," ungkapnya.

Tamil juga menerka banyaknya kader PSI mundur diduga karena ada yang mendukung Anies Baswedan sebagai Capres 2024. "Gimana pun Sunny dan Tsamara itu punya gerbong di PSI. Sunny kan jelas keluar karena mendukung Anies, bisa saja yang lain keluar karena sepakat dengan Anies yang mampu memimpin negeri ini," tukasnya.

Sebelumnya dua kader potensial PSI yakni Tsamara Amany mengumumkan pengunduran dirinya dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ia mengatakan keputusan ini diambil berdasarkan pertimbangan pribadi karena ingin melakukan perjalanan baru di luar partai politik.

Tsamara mundur setelah 5 tahun menjabat sebagai Ketua DPP. "Untuk saat ini, saya ingin fokus mengabdi untuk Indonesia melalui cara-cara lainnya, salah satunya dengan fokus menyuarakan isu perempuan dan mengabdi untuk kepentingan perempuan," kata dia.

Lalu, Sunny Tanuwidjaja juga ikutan mundur. Mantan staf Gubernur DKI Jakarta Ahok ini sudah tidak lagi di PSI.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mengatakan Sunny Tanuwidjaja mundur sebagai kader karena mendukung sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Grace tak ingat pasti kapan Sunny menyampaikan itu. Grace hanya menyatakan bahwa Sunny sudah tak sejalan dengan sikap politik PSI.

"Soal sudah atau akan (mendukung Anies), saya enggak ingat detail. Intinya begitu (Sunny mengaku dukung Anies)," kata Grace saat dihubungi, Rabu (29/6).

Dikutip dari Litbang Kompas, kalau elektabilitas PSI di bawah 1 persen. Selain PSI ada PBB 0,4 persen dan Partai Garuda 0,2 persen.

Sementara PDI-P 22,8 persen, Gerindra 12,5 persen, Golkar 11,8 persen dan Demokrat 11,6 persen. Sedangkan PKB 5,6 persen serta PKS 5,4 persen. Lalu, PAN 5,3 persen dan PPP 5,3 persen.