Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Eks PM Malaysia Mahathir Mohamad Dan Cap Singa Tua Caper 

NS/RN | Rabu, 22 Juni 2022
Eks PM Malaysia Mahathir Mohamad Dan Cap Singa Tua Caper 
Mahathir Mohamad
-

RN - Hubungan Mahathir Mohamad dengan Indonesia selama ini dikenal baik. Sejak era Soeharto, mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia itu sering menjadi idola politisi di Indonesia.

Tapi kini mendadak berubah. Anggota Komisi I DPR Rizki Natakusumah menilai klaim Mahathir soal Kepulauan Riau (Kepri) punya Malausia salah alamat. Bahkan, Mahathir dicap seperti singa tua yang lagi cari pengakuan alias caper.

"Apa yang dilakukan oleh Mahathir tersebut merupakan tindakan seekor singa tua yang mencari pengakuan," kata Rizki kepada wartawan, Rabu (22/6/2022).

BERITA TERKAIT :
Malaysia Tim Asia Tenggara Terburuk di Piala Asia 2023
Eks Menpora Malaysia Terjerat Cuci Uang, Anak Muda Gak Jaminan Lurus Dan Bersih

Rizki menyebut pernyataan Mahathir merupakan kampanye politik. Namun, menurutnya, pernyataan itu tak relevan dengan perkembangan kenegaraan saat ini.

"Kampanye politik tersebut dilontarkan seakan zaman ini merupakan periode pascapenjajahan ketika negara-negara berlomba-lomba mengklaim wilayahnya," ujarnya.

"Kami sangat menghormati sosok penuh karisma Mahathir. Namun, untuk kali ini, pernyataannya tersebut tampak kurang relevan dengan perkembangan kenegaraan terkini," lanjutnya.

Rizki meminta masyarakat Indonesia tak terprovokasi oleh pernyataan klaim Mahathir tersebut. Rizki mengingatkan jangan sampai hubungan kedua negara menjadi terganggu gara-gara ucapan Mahathir.

"Kami meminta kepada masyarakat Indonesia agar tidak terprovokasi. Tidak perlu sampai ada ketegangan di antara kedua negara karena hal ini," kata politikus Demokrat itu.

Rizki menilai negara modern harus menghadirkan keadilan di tengah kemajemukan suku dan budaya. Dia menilai Mahathir seharusnya memahami hal tersebut.

"Negara modern memang harus menerima kenyataan bahwa wilayah teritorinya terkadang tidak sesuai dengan demografi etnis. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana negara menjawab tantangan ini dengan tetap menghadirkan fairness di tengah-tengah kemajemukan suku-budaya masyarakatnya," ujar dia.

"Saya kira Mahathir memahami hal ini dan seharusnya bisa melakukan kampanye politik dengan cara yang lebih bersahabat di mata negara tetangga," lanjutnya.