RN - Diam-diam Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman (MBS) ternyata bernyali. Dia berani membentak penasihat keamanan nasional Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Jake Sullivan.
MBS membentak Jake Sullivan ketika ditanya tentang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Peristiwa itu terjadi ketika MBS dan Sullivan pertama kali bertemu di Saudi pada September tahun lalu.
Surat kabar Wall Street Journal melaporkan, perbincangan antara MBS dan Sullivan berjalan lancar. Penguasa de facto Arab Saudi tampak bersikap santai dengan mengenakan celana pendek selama pertemuan dengan Sullivan.
BERITA TERKAIT :Namun situasinya kemudian berubah. MBS membentak Sullivan yang mengangkat topik pembicaraan tentang pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi pada 2018.
"Pangeran memberi tahu Sullivan bahwa dia tidak pernah ingin membahas masalah itu lagi," lapor Wall Street Journal.
Wall Street Journal mengutip sumber yang mengetahui diskusi tersebut mengatakan, AS bisa melupakan permintaannya untuk meningkatkan produksi minyak. Insiden tersebut menggarisbawahi rusaknya hubungan antara Washington dan Riyadh sejak MBS diangkat sebagai Putra Mahkota pada 2017.
Optimisme awal dan hubungan positif dibangun selama pemerintahan mantan Presiden Donald Trump. Namun hubungan AS dan Saudi memudar setelah kasus pembunuhan Khashoggi pada 2018 di Konsulat Saudi, di Istanbul.
Sejak itu, Biden mengambil sikap lebih keras terhadap catatan hak asasi manusia Saudi. Termasuk perang Yaman yang dipimpin Saudi sejak Maret 2015.
MBS mengisyaratkan putusnya hubungan dengan Washington bulan lalu dalam sebuah wawancara dengan The Atlantic. MBS memperingatkan AS untuk tidak ikut campur dalam urusan internal Kerajaan Saudi.
"Sederhananya, saya tidak peduli. (Terserah Biden) untuk memikirkan kepentingan Amerika," kata MBS.
Mengomentari artikel Wall Street Journal, pengamat rezim pro-Saudi Ali Shihabi mengakui bahwa, ada ketegangan antara kedua sekutu. Shihabi menolak klaim bahwa, Riyadh mendesak Biden harus mengakui MBS sebagai pewaris takhta adalah penyebab ketegangan hubungan Saudi-AS. Dia menegaskan, gagasan bahwa AS memiliki pengaruh pada suksesi di Arab Saudi adalah "konyol".
"Ada ketegangan antara AS dan Saudi tetapi permintaan untuk pengakuan oleh Biden atas 'klaim (Bin Salman) untuk mewarisi takhta' tentu saja bukan salah satunya. (Bin Salman) adalah penerus yang ditunjuk secara hukum yang akan mewarisi takhta dan AS tidak memiliki masukan untuk itu," ujar Shihabi.