RADAR NONSTOP - Massa kampanye Pilpres 2019 istilah kecebong dan kampret kembali nyaring terdengar. Kondisi ini sangat disesalkan oleh Jari’ 98. Sebab hal tersebut mendegradasi manusia menjadi binatang.
“Saya prihatin membayangkan kondisi psikis seorang ibu dan ayah. Yang telah bersusah payah mencarikan nama yang baik buat anaknya. Namun saat dewasa, si anak malah lebih senang disebut kecebong atau kampret,” ujar Ketua Presidium Jari’ 98, Willy Prakarsa kepada Radar Nonstop, Selasa (4/12/2018).
Willy menjelaskan, pemberian nama yang baik dan indah oleh para orangtua dimaksudkan sebagai doa untuk anak. Makanya para ayah dan ibu tak segan-segan mengeluarkan biaya yang tidak murah saat pemberian nama.
BERITA TERKAIT :“Sejak bayi anak diberi nama yang indah sebagai doa agar akhlaknya mulia. Menyembelih kambing dan bikin nasi kebuli untuk acara aqiqah, namun perjuangan seorang ibu terkesan tidak dihargai bahkan dikhianati jelang pesta demokrasi saat ini, khususnya buat Pilpres 17 April 2019 yang akan datang,” tutur Willy.
Willy mengingatkan "Al-jannatu Tahta Aqdamil Ummahat" yang artinya surga di bawah telapak kaki ibu. “Bangga dipanggil atau disebut cebong atau kampret adalah bentuk penghianatan atas nama yang telah diberikan orangtua. Oleh karena itu janganlah bangga dipanggil cebong atau kampret,” terang Willy.
Willy menambahkan, manusia diciptakan Allah penuh keindahan dan berkah, dikarunia akal pikiran dan nafsu. Sedangkan binatang hanya diberikan nafsu tanpa akal pikiran. “Idealnya saat ini ada baiknya kecebong dan kampret bersimbiosis hingga lahirkan SATU buat nomor urut 01 di Pilpres 17 April 2109 yang akan datang. Agar otak tersebut kembali menjadi waras,” pungkasnya.