RN - Sampah bukan satu-satunya penyebab pencemaran air sungai di Ibu Kota. Ternyata masih banyak warga yang demen boker (red -buang air besar) di kali.
Begitu dikatakan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono melalui keterangan resminya, Sabtu (18/3/2022).
"Persepsi masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan masih belum menjadi kebutuhan. Praktik buang air besar sembarangan juga masih terjadi di beberapa tempat," ujarnya.
BERITA TERKAIT :Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk mengatasi masalah sanitasi dan air limbah di DKI Jakarta.
Diharapkan dengan pembangunan tersebut, dapat meningkatkan akses sanitasi di DKI Jakarta dan melindungi kualitas air dari pencemaran limbah domestik seperti mandi, cuci, kakus dan aktivitas rumah tangga lainnya.
Akan tetapi, imbuh Basuki, masalah sanitasi bukan semata masalah ketersediaan infrastruktur, namun sangat bergantung pada pola perilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan.
"Diharapkan dengan pembangunan ini, dapat meningkatkan akses sanitasi di DKI Jakarta dan melindungi kualitas air dari pencemaran limbah domestik seperti mandi, cuci, kakus dan aktivitas rumah tangga lainnya," pungkasnya.
Berdasarkan hasil review master plan Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia, tahun 2012, telah ditetapkan 15 zona wilayah pembangunan. Prioritas pembangunan pertama yang akan dibangun Kementerian PUPR adalah Zona 1 dan Zona 6 yang meliputi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara.
Pembangunan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik di DKI Jakarta Zona 1 direncanakan akan dikerjakan Kementerian PUPR melalui bantuan Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) dan juga didukung pembiayaan APBD Pemprov DKI. Untuk pembangunan Zona 1, saat ini sedang berjalan paket perencanaan sebesar Rp 185 miliar.
Konstruksi Zona 1 ditargetkan untuk dimulai pada tahun 2023 dan akan diselesaikan tahun 2027. Pekerjaan di Zona 1 meliputi konstruksi stasiun pompa, IPALD, dan pelatihan operasional pemeliharaan selama 2 tahun setelah konstruksi IPALD selesai. Kemudian juga pembangunan jaringan perpipaan meliputi trunk sewer, pipa lateral, fasilitasi interseptor, dan Sambungan Rumah untuk pilot area.
IPAL dan stasiun pompa Zona 1 akan dibangun di Kawasan Waduk Pluit di atas lahan seluas 3,9 hektar dengan kapasitas 240.000 m3 per hari dan dapat melayani 989.389 jiwa atau 220.000 Sambungan Rumah (SR) yang tersebar di 8 kecamatan di Jakarta, yaitu Menteng, Tanah Abang, Gambir, Sawah Besar, Taman Sari, Tambora, Pademangan, dan Penjaringan seluas 4.901 hektar.
IPALD Zona 1 dirancang menggunakan proses A2O (anoxic, anaerobic dan oxic) yang dikombinasikan dengan system MBR (Membrane Bio Reactor).
Untuk Zona 6 (Fase 1) akan dibangun IPALD di kawasan Duri Kosambi seluas 7,13 hektar dengan kapasitas IPAL 47.500 m3/hari. JSDP Zona 6 (Fase 1) ini ditargetkan akan melayani 4 Kota Administrasi yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Jakarta Selatan yang terdiri dari 12 kecamatan dengan jumlah penduduk terlayani sebanyak 180.800 jiwa atau 36.000 SR.
Untuk pembangunan Zona 6, saat ini sedang berjalan paket perencanaan dan supervisi sebesar Rp 381 miliar. Konstruksi Zona 6 ditargetkan untuk dimulai pada tahun 2024 dan akan diselesaikan tahun 2026.