Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Masih Ingat dengan Predator Seksual, Reynhard Sinaga? Korban Seksualnya Angkat Suara dan Ngaku Trauma

DIS/RN | Kamis, 07 Oktober 2021
Masih Ingat dengan Predator Seksual, Reynhard Sinaga? Korban Seksualnya Angkat Suara dan Ngaku Trauma
-

 

RN - Salah seorang korban pelecehan seksual yang dilakukan pelajar magister asal Indonesia, Reynhard Sinaga, angkat bicara. Tak hanya itu, dia membolehkan identitas namanya dibuka ke publik, adalah Daniel. 

BERITA TERKAIT :
Belum Setahun, Danielle De Rossi Sudah Didepak AS Roma
De Rossi Masih Tangani Serigala Roma

Berbicara ke BBC, Dnaiel mengaku kalau dirinya amat terpukul dengan fakta kehidupan yang dialaminya. Ya, kejadian pelecehan seksual yang dialami dalam keadaan tidak sadar harus dia alami dan dia tak tahu kalau pernah mengalami bencana itu. 

Beberapa polisi menunjukan bukti kepadanya berupa foto-foto dan salah satunya menunjukan bukti kuat kalau dia memang satu dari 48 korban pelecehan Reynhard Sinaga. "Aku bisa mengenalinya dari tato yang ada di foto. Itu benar-benar aku," kata Daniel, dikutip dari BBC, Kamis (7/10/2021). 

Daniel merasa perlu bersuara dan membiarkan publik tahu identitasnya demi kebaikan di masa depan. Ya, dia yakin bahwa dengan angkat bicara akan membuat korban pelecehan lainnya di luar sana punya kekuatan dan menjelaskan juga bahwa 'kamu tak pernah sendiri di dunia ini'. 

Tapi, speak up sebagai pria korban pelecehan seksual bagi Daniel adalah sesuatu yang sulit. "Untuk mengatakan saya adalah pria korban perkosaan adalah hal yang sulit," katanya. "Itu membuatmu merasa sangat rentan," lanjutnya.

Di sisi lain, ada pertanyaan di masyarakat bahwa apakah dengan berani angkat suara atau speak up sebagai korban pelecehan seksual membantu si korban lebih mudah sembuh dari trauma yang dikatakan susah hilang sepanjang hidup? 

Dalam buku berjudul 'Trauma and Recovery' karya Judith Herman, dikatakan di sana bahwa ketika korban pelecehan seksual bersuara, itu membuatnya tidak merasa sendirian. Tak hanya itu, korban juga akan memutus ketakutan korban lainnya yang terkungkung dalam kecemasan seumur hidup. 

“Para penyintas berjanji untuk speak up mengenai apa yang dialami ke banyak orang dengan keyakinan bahwa ini akan membantu orang lain. Dengan melakukan itu, para korban merasa terhubung dengan kekuatan yang lebih besar dari diri mereka sendiri," kata Herman di bukunya, dikutip dari laman Atixa. 

Speak up bukan hanya melepaskan diri dari ruang 'isolasi', tetapi membiarkan korban membantu dirinya dari trauma yang menyakitkan. "Anda menjadi bagian dari upaya menghancurkan kekuatan yang telah merugikan dan menyakiti Anda. Ini menjadi salah satu cara terbesar untuk penyembuhan diri Anda," ungkap buku tersebut. 

"Ini adalah cara yang bagus untuk melawan dan dapat mengurangi rasa takut serta malu pada diri sendiri.  Bahkan ada sedikit sensasi balas dendam terhadap mereka yang berusaha membungkam Anda," tambah isi buku tersebut.