RN - Industri baja nasional masih mengalami tantangan yang signifikan, salah satunya disebabkan oleh masih tingginya impor baja yang masuk ke Indonesia.
Terkait hal ini, pelaku industri berharap pemerintah dapat memperhatikan tren pertumbuhan impor besi dan baja.
Pengurus Asosiasi Pengusaha Konstruksi Besi dan Baja Indonesia (APKBBI) Slamet Riyadi mengatakan, di tengah masa pandemi Covid-19, ketika perekonomian nasional masih berangsur pulih, sektor industri logam justru mengalami pertumbuhan yang signifikan seiring meningkatnya sektor konstruksi.
BERITA TERKAIT :“Persoalan impor baja ini adalah bentuk kegagalan industri dalam negeri yang tidak mampu menyediakan bahan baku baja di dalam negeri,” kata Slamet dalam webinar ‘Dampak Importasi Besi dan Baja terhadap Industri dalam Negeri di Masa Pandemi 2021’, di Jakarta, Selasa (5/10/2021).
Untuk itu, pihaknya mendukung kebijakan pemerintah saat ini sangat tepat terutama pada pengembangan industri logam seperti supply-demand yang terukur merupakan faktor kunci tingginya laju pertumbuhan tersebut.
“Kalangan pengusaha memandang bahwa kebijakan pemerintah dalam menjaga keseimbangan pasok dan kebutuhan baja nasional saat ini sudah tepat untuk menjaga laju pertumbuhan dan berharap agar kebijakan tersebut dapat terus dilakukan secara konsisten pada masa mendatang,” ucap Slamet.
Sementra itu, Adman Nursal, pakar marketing mengatakan bahwa rata-rata perusahaan besi dan baja khawatir dengan tingginya keran impor besi dan baja di Tanah Air.
Apabila pemerintah tidak segera melakukan antisipasi, dia khawatir kondisi tersebut akan terus berlanjut hingga penghujung tahun nanti.
“Dari data yang ada impor baja masih cukup tinggi. Bila melihat kondisi hari ini, impor baja kecenderungannya kembali meningkat dan dikhawatirkan akan terus berlanjut di sepanjang tahun 2021,” kata Adman Nursal.
Adman Nursal juga mengatakan, impor besi dan baja mengganggu keberlanjutan industri baja nasional. “Di sini pemerintah harus menjamin kelangsungan usaha demi mendorong pertumbuhan perekonomian nasional,” ucapnya.
Pada kesempatan itu, Rizky Aditya Wijaya, Direktorat Industri Logam Kemeperin mengatakan, pemerintah masih membuka keran impor lantaran tidak semua produsen lokal dapat memenuhi kebutuhan industri besi dan baja nasional.
“Jadi ada spek tertentu yang belum bisa dipenuhi oleh industri lokal. Nah, besi dan baja yang tidak bisa dipenuhi industri lokal itu kita melakukan import. Seperti halnya permintaan untuk industri otomotif hingga permesinan,” kata Rizky.
Kendati demikian, pemerintah telah menyiapkan roadmap untuk industri besi dan baja untuk ke depannya.
“Salah satu target kita adalah mendorong industri besi lokal untuk bisa menghasilkan spek besi yang belum sesuai kebutuhan. Selain itu, pemerintah juga mencoba menstabilkan gejolak harga besi, sehingga para produsen dan pelaku usaha mendapatkan kepastian. Kita targetkan semua itu tercapai di akhir tahun ini,” ucap Rizky.