RN - Ancaman Jakarta bakal tenggelam harus diantisipasi sejak dini. Sebab, permukaan tanah mulai tergerus dan terjadi pendangkalan di laut Jakarta.
Daerah yang paling rawan ada di kawasan Jakarta Utara. Tercatat ada delapan daerah yang rawan akan banjir air laut (rob) dengan kedalaman mencapai 4 meter.
Dari delapan daerah itu, dua kawasan elit yakni Pluit dan Ancol menjadi ancaman serius. Ketinggian air bisa mencapai 1-4 meter.
BERITA TERKAIT :Akibat hal tersebut, kawasan Pluit dan Ancol bakal mengalami harga tanah yang anjlok. Karena, ancaman banjir akan menjadi turunnya nilai jual harga tanah.
Prediksi kawasan DKI Jakarta bakal tenggelam 10 tahun ke depan makin santer disampaikan oleh banyak pihak. Belakangan, selain LIPI, LAPAN, NASA, hingga Presiden AS Joe Biden pernah mengutarakan. Bahkan tak hanya Jakarta, kota lain seperti Semarang, Demak, dan Pekalongan bisa sama nasibnya.
Data dari Dinas Sumber Daya Air atau SDA menyebutkkan, ancaman banjir karena permukaan air tanah turun. Di Muara Baru misalnya banjir bisa mencapai 4,6 meter.
Lalu, Kamal Muara 3 meter, Tanjunganom 2,10 meter, Pluit 4,35 meter, Gunung Sahari 2,90 meter, Ancol = 1,70 meter, Marunda 1,30 meter dan Cilincing 1 meter.
Pemprov DKI Jakarta sudah membuat solusi. Diantaranya membuat tanggul dan menindak gedung memakai air tanah di kawasan Sudirman-Thamrin.
Diketahui, saat ini harga pasaran tanah di kawasan Ancol per meter sekitar Rp 19-27 juta. Sementara di Pluit per meter sekitar Rp 24-27 juta. Jika benar terjadi ancaman banjir maka bisa saja harga tanah di kawasan elit tersebut anjlok hingga 70 persen.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya menjelaskan bahwa salah satu penyumbang terjadinya penurunan tanah (land subsidence) dan intrusi air laut di Jakarta ialah pemanfaatan air tanah secara berlebihan.
Intrusi air laut terjadi karena menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan, mengganti air tawar dan mencemari air tanah yang terkandung didalamnya.
Saat ini di wilayah Jakarta Bagian Utara, muka air laut sudah mencapai 1,5 meter diatas permukaan tanah Jakarta Utara.
Pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk mengurangi dampak penurunan air tanah dan intrusi air laut, seperti dengan membangun beberapa tanggul untuk mencegah air laut masuk ke daratan.
Selain itu, upaya yang dilakukan yakni pengendalian dari pengaruh manusia terhadap laju penurunan permukaan tanah dengan memperhatikan tumpuan atau pondasi yang harus berada di atas batuan keras, baik itu bangunan berupa gedung, jembatan, dan lainnya.
Baik laju intrusi maupun penurunan air tanah ini masih bisa diperlambat mengingat ada faktor pengaruh manusia yang masih bisa dikendalikan.