RN - Siapa tak kenal Gianluigi Buffon. Sebagai penjaga gawang, Buffon dikenal piawai dalam menangkis tendangan pemain dunia.
Tapi, Buffon bukan tanpa hambatan. Karirnya yang moncer ternyata tidak selamanya ada di puncak. Naik turun karir membuat dirinya depresi bahkan nyaris gila.
Bagaimana menghadapi itu semua?
Buffon yang kini bergabung dengan Parma menceritakan pengalamannya berjuang melawan depresi yang terus mengintainya dalam karier sepak bola profesional. Kiper yang sukses membawa Italia juara Piala Dunia 2006 itu kini kembali ke Parma setelah 20 tahun berpetualang di Juventus dan Paris Saint-Germain.
"Saya hanya mendengarkan pikiran ketika berhadapan dengan tantangan. Setelah itu saya baru mendengarkan kata hati. Karena tanpa perasaan, kita tidak bisa memenangkan pertandingan," kata Buffon seperti dilansir Football Italia, Kamis (5/8).
Penjaga gawang berusia 43 tahun itu mengakui mendapat banyak dukungan dari keluarga selama mengarungi karier di level tertinggi. Menurutnya, ia tidak akan berada di titik saat ini jika tanpa kehadiran anak-anak dan istrinya.
"Perjalanan sepak bola saya sudah panjang. Saya terlindung karena anak saya. Selain itu, kehadiran istri juga sangat dekat sehingga saya merasa beruntung," ujarnya.
Di satu sisi, memilih kembali memperkuat Parma merupakan hal yang paling realistis untuk dirinya saat ini. Buffon tidak ingin menargetkan hal muluk-muluk saat memutuskan pulang ke tim yang membesarkan namanya tersebut.
"Saya tidak punya kesepakatan lain dengan klub. Ini menjadi momen kedua bagi saya kembali ke Serie B. Sebelumnya saya pernah berada di sana pada 2006 lalu. Saya juga bisa jika harus bermain di liga amatir," kata dia.