RN - Negeri ini pasti tidak asing dengan nama Icuk Sugiarto. Legenda bulutangkis Indonesia ini ternyata salah satu sosok orang yang membina Apriyani Rahayu.
Wanita kelahiran Konawe, Sulawesi Tenggara, 29 April 1998 ini sebenarnya bak sebutir mutiara yang terbenam dalam lumpur. Dia diangkat kepermukaan dan mulai diasah agar terlihat mengkilat.
Adalah Yuslan Kisra yang pertma kali menemukan bakat terpendam Apriyani. Pada 2013, pria yang semula berprofesi sebagai wartawan ini membawa Apri ke Jakarta dari Konawe, dan menyerahkannya kepada Icuk Sugiarto di klub PB Pelita Bakrie.
BERITA TERKAIT :Sebagai anak desa, Yuslan menitipkan Apri kepada Icuk Sugiarto, Juara Dunia 1983 untuk dibina dengan baik. Tak ada kontrak apa-apa, tak ada perjanjian tertulis.
Karena Icuk kenal dengan Yuslan maka dia percaya. Penyerahan Apri hanya bermodalkan kepercayaan antara wartawan dan narasumber yang sudah terjalin baik selama ini.
Kebetulan, Apri satu generasi dengan putri ketiga Icuk Sugiarto, Jauza Fadhila Sugiarto yang sering tampil di kelompok remaja. Usia mereka terpaut satu tahun. Beberapa bulan kemudian ada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2013 DKI Jakarta, yang menjadi tuan rumah adalah Jakarta Barat.
Meski baru dalam hitungan bulan berlatih, tetapi Apri sudah memperlihatkan penampilan menjanjikan. Mereka merebut medali emas ganda campuran, dan di partai tunggal keduanya bertemu di final yang dimenangkan oleh Jauza.
Keberadaan Apri sebagai pemain yang ‘dititipkan’ Yuslan kepada Icuk, seluruh kebutuhannya ditanggung oleh klub Pelita Bakrie. Mulai dari tempat penginapan hingga kebutuhan latihan, makan, dan lain sebagainya gratis semua.
“Beruntung saat itu saya sebagai Ketua Klub Pelita Bakrie dibantu KONI Provinsi DKI Jakarta dalam pembinaan atlet usia muda. Pada kepengurusan KONI DKI Jakarta periode 2013 – 2017 saat itu, ada Eddy Widodo sebagai Ketua Harian dan Dr Hidayat Humaid (Dosen UNJ) sebagai Ketua Bidang Pembinaan Prestasi KONI DKI yang memberi support,” jelas Icuk Sugiarto di Jakarta.
Menurut Icuk, Apri adalah pemain yang memiliki karakter kuat. Semangatnya tinggi dan kemauannya untuk maju sangat keras. Itu sebabnya, Icuk tidak lagi sebagai Ketua Pengprov PBSI DKI Jakarta digantikan Alex Tirta pada 2014, dia menyerahkan Apriyani dan Jauza ke klub Jaya Raya untuk dibina lebih lanjut.
Di klub Jaya Raya, Apri terus tumbuh, dan meraih berbagai gelar junior bersama Jauza, termasuk pada kejuaraan dunia junior. Sampai akhirnya keduanya ditarik ke Pelatnas PBSI Cipayung. Di Cipayung tentu saja sang pelatih tidak terpaku pada pasangan tertentu. Banyak atlet dicoba dengan berbagai pasangan.
Pada saat pasangan Greysia Polii, Nitya Krishinda Maheswari cedera, Apri coba dipasangkan dengan Greysia sebagai pemain pengganti. Ternyata hasilnya cukup baik, dan hingga kini pasangan Greysia/Apri terus berkembang dan mencapai puncak kariernya sebagai peraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2021.
Menurut Icuk, Apri adalah sosok atlet yang tidak melupakan asal dimana dia berangkat meniti karier sebagai pemain bulutangkis. Hingga kini Apri tetap berkomunikasi dengan keluarganya, dan kadang-kadang datang ke rumah Icuk di Cengkareng.
“Bagi kami Apri sudah seperti keluarga. Kartu Tanda Penduduk (KTP)-nya saja masih memakai Kartu Keluarga anak saya nomor satu, Nastassia Octaviani yang bekerja di Kemenpora,” kata Icuk.
Icuk menambahkan, Apri selalu dia ingatkan agar tidak lupa dengan orang-orang yang berperan dalam kariernya di bulutangkis. Tetap rendah hati, karena juara itu bukan milik sendiri. Terutama orang pertama yang membawanya ke Jakarta, Yuslan Kisra yang kini sudah menjadi ASN di Kemenpora.
“Bagi saya, Apri sama seperti Jauza. Dibina bersama-sama sejak usia muda meski jalan prestasinya berbeda. Apri sendiri juga sudah menganggap keluarga saya sebagai keluarga. Makanya kalau ada kesempatan ia selalu datang ke rumah,” ujar Icuk tanpa bermaksud mengaku-ngaku setelah melihat Apriyani sukses.