Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Corona Meroket, Demokrat DKI Minta Anies Terapkan Semi Lockdown

SN/DIS/RN | Senin, 21 Juni 2021
Corona Meroket, Demokrat DKI Minta Anies Terapkan Semi Lockdown
-

RN - Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi Demokrat, Mujiyono meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terapkan semi lockdown selama 14 hari ke depan. Pasalnya, hari ini positifity rate di Jakarta kembali meroket hingga mendekati angka 6 ribu kasus.

"Kalau perlu semi lockdown. Kalau lockdown saya nggak setuju karena udah terlambat. Penerapan lockdown itu sekarang terlambat karena apa, sudah menganggap bahwa Covid bukan momok yang menakutkan," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/6/2021).

Semi lockdown yang dimaksud Mujiyono itu yakni penerapan PSBB ketat tingkat kelurahan. Karena, kata Mujiyono, saat ini kasus positif bukan lagi terjadi di tingkat RT, melainkan sudah merebak di tingkat RW.

BERITA TERKAIT :
Korupsi Covid-19 Di Kemenkes, KPK Jangan Ragu Borgol Para Pemain APD?
APD Covid-19 Dikorupsi, Anggota DPR Ihsan Yunus Pakai Masker Ke KPK?

"Jangkauannya itu jangkauan kelurahan, zona merahnya itu sudah kategori kelurahan bukan kategori RW lagi. Kan ada zona merah kategori kecamatan, zona merah kategori kelurahan, bidara cina banyak banget konstituen gue tuh di tempat kumuh tu zona merah bos," katanya.

"Kalau kemarin itu dalam satu kelurahan kenapa lockdown mini, karena dalam satu RW misalkan paling-paling satu RW itu pun juga se RT atau 2 RT doang. Sekarang hampir merata nih,  Jadi tidak beritung lagi RW mana yang dari 16 RW kalau nggak salah yang posisinya fatal. Karena apa hampir seluruh RW teridentifikasi ini baru apa namanya, kasus baru. Kan begitu," tambahnya.

Meski begitu, kata Komisi A DPRD DKI ini, kebijakan PSBB DKI Jakarta akan sukses jika aselerasi dengan Pemerintah Pusat terjalin dengan baik. Kemudian, dengan daerah penyangga juga baik.

"Jakarta akan sukses bila, pertama aselerasi dengan Pempus terjalin dengan baik, kedua aselerasi dengan Pemda penyangga DKI juga harus baik, contoh misal pelarangan soal kafe beberapa bulan lalu, DKI engga boleh, tempat nyanyi di jakarta engga boleh, di Bekasi boleh, akhirnya orang melipir ke Bekasi, gitu kan? itu harus sama," jelasnya.

Mujiyono mengungkapkan, sebelum klaster mudik ini muncul, menurutnya masyarakat sudah memahami bagaimana mengantisipasi dan mengobati sebelum terpapar. Misalnya, ucap Mujiyono, 3M, berjemur di pagi hari, minum vitamin dan lain-lain. 

Sehingga, tingkat kesembuhan di DKI cukup tinggi. Dampaknya pun dirasakan oleh warga. Bahkan, lanjut Mujiyono, warga yang melakukan isolasi mandiri, terpantau juga oleh warga yang lainnya. 

"Lalu imunisasi yang tergolong sukses untuk Jakarta imunisasi lumayanlah, itu juga memengaruhi kondisi psikis masyarakat, terus apalagi, kejenuhan warga yang mengalami pandemi yang terlalu akhirnya orang beranggapan ah gua mending kena covid ah daripada gua mati kelaparan, anggapan begitu kan ada di masyarakat," tuturnya.

"Bagaimana langkahnya tepat? aktivitas tetap dilakukan tapi jangan sampai itu masker nempel didagu, terus tetep jaga jarak, masing-masing diri harus mendisipilinkan diri bahwa ini adalah kebersamaan, itu yang mesti ditekankan," pungkasnya.