Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
Laporan Dari Buwas

Lapor Pak Jokowi, Beras Impor Gak Terpakai Nih

NS/RN | Selasa, 16 Maret 2021
Lapor Pak Jokowi, Beras Impor Gak Terpakai Nih
Ilustrasi beras.
-

RN - Beras impor di Peum Bulog ternyata tidak terpakai. Kini beras-beras itu mengalami penurunan mutu. 

Biasanya, Indonesia mendapatkan beras impor dari Thailand atau Vietnam. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas menyebut tahun ini Indonesia tak akan lagi mengimpor beras. Sebelumnya, sudah ada rencana dari pemerintah untuk mengimpor 1 juta ton beras. 

Tapi, sepertinya rencana itu bakal batal. Mengingat, masih banyak beras impor yang belum terpakai sehingga turun mutunya.

BERITA TERKAIT :
Wahyu Suparyono Dirut Bulog, Semoga Erick Thohir Bukan Pilih Orang Yang 'Kaleng-Kaleng'
Harga Beras Makin Gak Jelas, Emak-Emak Teriak Lagi, Mendag Zulhas Berkelit Lagi Aja?

Perum Bulog masih memiliki stok beras impor dari pengadaan tahun 2018 lalu. Adapun dari total pengadaan sebanyak 1.785.450 ton beras, masih tersisa 275.811 ton beras belum tersalurkan. Dari jumlah tersebut, 106.642 ton di antaranya merupakan beras turun mutu.

"Kami sudah lapor ke presiden saat itu, beras impor kami saat Maret tahun lalu (stoknya) 900 ribu ton sisa dari 1,7 juta ton, sekian juta ton beras impor, jadi sudah menahun kondisinya," ujar Buwas dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR RI, Senin (15/3/2021).

Beras turun mutu itu, sambung Buwas sebenarnya masih layak pakai, akan tetapi harus dicampur dengan beras dalam negeri demi mempertahankan kualitas berasnya. "Layak pakai tapi harus di-mix dengan beras dari dalam negeri," katanya.

Namun, cara mencampur beras impor dan dalam negeri itu memerlukan waktu lebih panjang. Untuk itu, penyalurannya pun jadi lebih lambat. Penyebab lain, beras impor kurang terserap di masyarakat adalah karena rasanya kurang cocok di lidah orang Indonesia.

"Permasalahannya ada kesalahan saat impor lalu rata-rata taste-nya pera, nggak sesuai dengan taste masyarakat kita, sehingga jadi permasalahan," imbuh Buwas.