Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Nganggur 2 Tahun, Legenda AC Milan Bela Pelatih Kulit Hitam

ERY | Selasa, 23 Februari 2021
Nganggur 2 Tahun, Legenda AC Milan Bela Pelatih Kulit Hitam
Clarence Seedorf - Net
-

RN – Lama tak terdengar kabarnya, legenda AC Milan, Clarence Seedorf muncul dengan pembelaan terhadap pelatih kulit hitam, yang mendapat perlakuan diskriminasi.

Clarence Seedorf merupakan salah satu pemain paling dihormati di Belanda. Pasalnya semasa menjadi pemain, Seedorf sudah pernah memenangi Liga Champions bersama 3 klub berbeda, Ajax Amsterdam, Real Madrid dan AC Milan.

Sebagai legenda AC Milan yang memenangi gelar Liga Champions, Seedorf pun mendapatkan kesempatan untuk melatih setan merah pada 2014. Namun, Seedorf ternyata langsung dipecat dan hanya diberi kesempatan melatih selama 4 bulan saja.

BERITA TERKAIT :
Nerazzurri Siap Pulangkan Federico Chiesa Tahun Depan
Pemain Berdarah Indonesia Dibidik Barcelona

Padahal, kontraknya bersama AC Milan seharusnya baru berakhir setelah 2 setengah tahun. Gagal di AC Milan, Seedorf pun melatih Deportivo La Coruna, Shenzhen dan Kamerun.

Namun ternyata, setelah meninggalkan Kamerun, 2 tahun lalu, Seedorf ternyata menganggur alias tak lagi dapat penawaran untuk melatih. Seedorf yang melihat kariernya sebagai pelatih malah menganggur 2 tahun, menyoroti diskriminasi pada pelatih kulit hitam harus dihapuskan.

“Saya bermain 12 tahun di Italia, setelah melatih AC Milan. Meski telah melakukan pekerjaan hebat, saya tak menerima panggilan lagi. Belanda adalah negara saya, sekali lagi, tidak ada panggilan dari sana,” ujar Seedorf kepada Gazzetta dello Sport.

“Di lowongan kerja sebagai pelatih, ada ketidaksetaraan kesempatan. Kita bisa lihat kalau tidak ada pelatih berkulit hitam yang berada di klub raksasa sepak bola,” sambungnya.

Terlepas dari fakta Seedorf sudah menganggur selama 2 tahun, memang masalah rasisme pada pelatih kulit hitam dengan mendiskriminasi kesempatan mereka cukup memprihatikan.

“Kami memiliki fakta yang semakin miris mengenai kesempatan pelatih berkulit hitam untuk eksis di sepakbola Eropa,” kata pria berusia 44 tahun itu.