RADAR NONSTOP - Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengendalikan banjir. Mulai dari normalisasi sungai, pengerukan waduk, penggunaan pompa, hingga pembuatan vertical drainase.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Juani mengatakan tahun ini pemprov menargetkan pembuatan vertical drainase sebanyak 5000 titik. Meskipun, hingga saat ini baru sekitar 3000 titik diselesaikan. Namun, ia memastikan, awal tahun depan, pengerjaan vertical drainase akan kembali dilanjutkan dengan melibatkan vendor yang lebih banyak.
"Untuk tahun ini, target kita sekitar 5000 titik, sekarang perkiraan sudah 3000-an. Di awal Januari kita lanjut lagi. Karena saat ini yang kerjakan, di samping satgas-satgas kita di lima wilayah, juga ada katalog vendor, baru 2 nih, memang kurang. Rencananya kita akan membuka vendor-vendor baru yang bisa ngerjakan lebih banyak. Jadi, di awal tahun, vendor bisa lebih banyak," katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/11/2020) malam.
BERITA TERKAIT :Juani mengungkapkan, untuk vertical drainase ini nantinya akan dilakukan kerja sama hibah dengan masyarakat. Pemprov akan menyediakan barang tersebut, kemudian masyarakat yang memiliki lahan luas dapat memasang nya sendiri. Saat ini, vertical drainase baru dipasang pada aset-aset milik pemerintah seperti kelurahan, kecamatan, puskesmas dan lain-lain.
"Kemungkinan juga nanti ada kerja sama hibah dengan masyarakat. Nanti, kita kasih barangnya, masyarakat yang kerjakan masing-masing, halaman yang cukup. Karena saat ini kan kita baru bisa kerjakan di aset-aset milik Pemprov DKI, seperti di kecamatan, kelurahan, puskesmas, kantor2 pemerintah, itu yang bisa kita lakukan. Rencananya, kita juga imbau masyarakat mengajukan kalau memang mau ikut andil dalam pembuatan vertikal drainase," jelasnya.
Untuk diketahui, sesuai penjelasan Gubernur DKI Anies Baswedan, Vertical Drainase adalah Sistem pengendalian banjir yang mengedepankan aspek ekologi dan menerapkan konsep teknologi zero run off yang berfungsi untuk menampung air hujan agar tak semua mengalir ke selokan dan sungai.
Hal ini nantinya mengurangi beban drainase untuk menampung air sehingga tidak terjadi luapan. Pola ini berbeda dengan normalisasi, dimana banjir diatasi dengan mempercepat dan memperbesar debit air, baik yang berasal dari hujan maupun kiriman dari Bogor, agar segera mengalir ke hilir atau laut.