RADAR NONSTOP - Ketua Pasus Banjir DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani mengungkapkan penanganan banjir di Ibu Kota baru bisa dirasa sukses tiga tahun mendatang. Pasalnya, Pemerintah Provinsi DKI baru bisa memulai kerja maksimal pada tahun 2021.
Hal ini disampaikan Zita menyusul postur anggaran penangangan banjir baru terlihat lebih besar untuk pembangunan infrastruktur banjir di tahun 2021.
"Jika melihat postur anggaran banjir 2021, ya intinya Pemprov baru mulai kerja serius itu tahun depan, bisa di lihat dari postur anggaran untuk banjir mayoritas untuk pembangunan infrastruktur banjir. Karena mungkin juga Pemprov akhirnya sadar dan belajar dari banjir 2020 awal tahun," katannya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (11/11/2020).
BERITA TERKAIT :"Nah ini artinya apa, dampak pengurangan banjir baru bisa dirasakan paling tidak 2-3 tahun lagi paling cepat. Itu harus terbuka disampikan ke warga. Jadi ketika nanti hujan warga bisa antisipasi dari Jauh hari," sebutnya.
Wakil ketua DPRD DKI dari fraksi PAN ini mengungkapkan bahwa saat ini yang menjadi kendala banjir sulit dikendalikan adalah kurangnya daya tampung air sehingga debit air hujan yang tinggi tidak sebanding dengan kapasitas tampung yang rendah.
"Tak bosan-bosan saya selaku ketua pansus mengingatkan anggaran harus difokuskan ke pembangunan infrastruktur yang dampaknya meningkatkan kapasitas air yang dapat ditampung. Kalau kapsitas kali/sungai eksisiting kita hanya 950 m3/detik, sedangkan rata-rata banjir tahunan debit airnya mencapai 2.100-2.650 m3/detik. Bahkan awal 2020 mencapai 3.389 m3/detik. Jadi fokus disitu," jelasnya.
Selanjutnya Zita menyebutkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang baru 9,98 % dari kebutuhan 30% merupakan penyebab lain nya banjir di Jakarta sulit dikendalikan. Sumur resapan yang belum maksimal tak luput dari sorotan puteri Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan tersebut. Atas sebab itu, Zita merasa tidak yakin genangan akan surut dalam wajtu 6 jam.
"Yang kedua, tingkatkan Lahan Hijau dan serapn. Saya yakin Pemprov tahu Ruang Terbuka Hijau kita hanya 9,98%, padahal yang dibutuhkan untuk menyerap air di Ibu Kota sebesar 30%. Lalu mau mengandalkan sumur resapan yang nyatanya baru di bangun 1.772 titik dari 1,8 juta titik yang di butuhkan. Tentu itu hal yang mustahil untuk menghilangkan genangan dalam 6 jam," tutupnya.