RADAR NONSTOP - Pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron terus menuai kecaman. Macron dinilai telah memecah belah umat beragama dengan mendiskriditkan Islam.
Berikut hasil kutipan pemimpin dunia dan orang top terhadap Macron :
Juara dunia UFC, Khabib Nurmagomedov mendoakan agar Allah mempermalukan Macron dan pengikutnya.
BERITA TERKAIT :“Yang Maha Kuasa (Allah) akan menodai wajah makhluk ini dan semua pengikutnya, yang, di bawah slogan kebebasan berbicara, menyinggung perasaan lebih dari satu setengah miliar umat Muslim,” kata Khabib.
Gelandang Arsenal, Mesut Ozil menilai, kalau terorisme tidak punya tempat di Islam. “Terorisme tidak punya tempat di Islam,” tulis Ozil di akun Twitter @MesutOzil1088, Sabtu (31/10/2020).
Presiden Jokowi berpendapat kalau Macron telah merusak kehidupan umat beragama. Ucapan Jokowi ini dilontarkan di Istana Negara usai bertemu Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Konferensi Waligereja Indonesia, Persekutuan Gereja Indonesia, Parisada Hindu Dharma Indonesia, Persatuan Umat Buddha Indonesia dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia.
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menilai muslim memiliki hak “untuk marah menghukum warga Prancis".
Ucapan itu dikatakan Mahathir dalam sebuah cuitan di Twitter, Kamis (29/10/2020). Dilansir dari okezone pada Jumat (30/10) malam, cuitan itu muncul di saat seorang pria membunuh tiga orang, dan memenggal seorang di antaranya dalam serangan di sebuah gereja di Nice, Prancis.
“Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, Muslim memiliki hak untuk menghukum orang Prancis,” tulis Mahathir.
Ulama kondang Ustaz Abdul Somad juga ikut bereaksi atas pernyataan Macron. Ustaz yang akrab disapa UAS ini memberikan reaksi dengan mengunggah Journal Al Azhar dalam bahasa Arab di Instagramnya, @ustadzabdulsomad_official.
UAS memberi judul unggahannya: Al-Azhar Tegas Tolak Negosiasi Prancis. "Dubes Prancis memohon kepada Grand Syaikh Al-Azhar Syaikh Ahmad Thayib agar membantunya untuk menghentikan gelombang boikot produk-produk Prancis. Namun beliau menolak dan menjawab, "Kami tidak menerima negoisasi terkait kasus penghinaan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Macron harus segera meminta maaf."
Kata Syaikh Ali Jumah, "Orang yang menggambar dan menistakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang dungu anaknya orang dungu dan orang tuanya telah gagal mendidiknya."
Bukan hanya kecaman, produk milik Prancis pun diserukan agar diboikot diseluruh dunia.
Aksi itu tentunya membuat Prancis panik dan mendesak negara-negara Arab untuk menghentikan seruan boikot produk.
"Seruan untuk boikot dan serangan terhadap negara kami yang didorong oleh minoritas radikal tidak berdasar dan harus segera dihentikan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Agnes von der Muhll dalam sebuah pernyataan, Ahad (25/10, dilansir Anadolu Agency, Senin (26/10).
Sebelumnya, sejumlah kelompok perdagangan Arab mengumumkan boikot mereka terhadap produk Prancis sebagai tanggapan atas pernyataan yang menentang Islam dan republikasi karikatur yang menghina Nabi Muhammad.
Dalam beberapa pekan terakhir, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerang Islam dan komunitas Muslim dengan menuduh warga Muslim bersikap separatis. Macron menggambarkan Islam sebagai agama yang mengalami krisis di seluruh dunia.
Tindakan itu dilakukan tak lama setelah langkah provokatif Charlie Hebdo, majalah sayap kiri Prancis menerbitkan karikatur anti-Islam. Bulan lalu, majalah tersebut menerbitkan ulang karikatur yang menghina Islam dan Nabi Muhammad, memicu kemarahan umat Muslim di seluruh dunia.
Karikatur tersebut pertama kali diterbitkan pada 2006 oleh surat kabar Denmark Jyllands Posten, yang memicu gelombang protes.
Sebuah organisasi ulama di kota Qom, Iran, juga mendesak pemerintah untuk mengutuk Macron atas pernyataannya. Asosiasi itu mendesak negara-negara Islam untuk menjatuhkan sanksi politik dan ekonomi pada Prancis.
Surat kabar garis keras Iran, Vatan-e Emrooz, menyatakan Macron sebagai iblis dan memanggilnya "Setan" dalam sebuah karikatur di halaman depan.
Kerajaan Arab Saudi, menyatakan "menolak segala upaya untuk menghubungkan Islam dan terorisme, dan mencela kartun ofensif nabi".
Sementara itu, di wilayah Timur Tengah lainnya, toko-toko di Kuwait menarik yogurt dan air kemasan buatan Prancis dari etalase mereka. Universitas Qatar memutuskan membatalkan gelaran pekan budaya Prancis.
Ajakan untuk tidak berbelanja di gerai jaringan swalayan asal Prancis, Carrefour, juga menjadi tren di media sosial Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Gelombang aksi protes terkait pernyataan Macron juga terjadi di Irak, Turki, dan Jalur Gaza, Palestina. Parlemen Pakistan bahkan telah menerbitkan resolusi yang mengutuk penerbitan karikatur Nabi Muhammad S.A.W.