RADAR NONSTOP - Lingkar Aktivis Jakarta (LAJ) kembali berkumpul. Kali ini ratusan aktivis itu berdiskusi soal kinerja Anies Baswedan.
Dari pantauan ada ratusan aktivis dari berbagai elemen baik ormas, LSM hingga pengamat. Forum dialog itu bertema Kongkow Aktivis Jakarta, Diaspora Aktifis Milenial "Mengukur Kinerja Anies Baswedan" di Rumah Makan Handayani Prima, Matraman, Jakarta Timur, Jumat (28/8).
Koordinator LAJ, Jamran dalam sambutannya mengatakan, kegiatan diskusi digelar dalam rangka menyatukan persepsi seluruh elemen aktivis di DKI Jakarta terkait pembangunan. Dengan begitu, pesan kritis aktivis bisa disatukan menjadi kekuatan penyeimbang agar pembangunan di DKI Jakarta terlaksana dengan baik.
BERITA TERKAIT :"Semangat kita membangun Jakarta. Jangan lihat dari perbedaan, yang mengkritik tetap mengkritik, yang mendukung silahkan terus tapi kita sama-sama memberi masukan dengan cara positif," katanya.
Diakui Jamran, selama ini sejumlah kebijakan Anies memiliki visi dan tujuan yang baik. Namun demikian, tidak semua tujuan baik tersebut bisa diterima oleh masyarakat.
Kemudian, pola peluncuran program yang terkesan dadakan pun dinilainya cukup membuat masyarakat terperangah. Akibatnya, program yang baik itu bisa saja dinilai salah oleh sebagian orang dan masyarakat.
"Posisi kami ini memberi masukan kritik untuk pembangunan Jakarta. Kami tidak mau mengatakan yang baik saja tapi nyatanya bisa menyesatkan," tegasnya.
Dalam acara dialog itu mengundang pembicara Ketua Umum BAMUS Betawi, Zaenudin alias Haji Oding, pakar pendidikan Prof Agus Suradika, Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi dan pengamat politik Jakarta, Amir Hamzah.
Haji Oding menyatakan, banyak kebijakan Anies yang terkesan tumpang tindih dan tidak sejalan. "Di bawah tidak jalan banyak. Mungkin banyak kebijakan yang kurang dilakukan komunikasi," ungkapnya.
Menurutnya, saat ini Anies Baswedan seperti berada di atas angin. Harusnya kata dia, gubernur bisa melibatkan semua pihak terutama aktivis dalam menjalankan kebijakan Jakarta.
"Aktivis inikan punya kemampuan dan daya kritis yang bagus. Dan ini harus dilibatkan," ungkap Haji Oding.
Sedangkan Agus Suradika menyoroti isu pendapatan guru honorer yang belum sepantasnya diterima. Meskipun tidak sampai mendekati penerimaan guru-guru yang sudah berstatus pegawai negeri slipil, setidaknya penghasilan mereka sesuai dengan upah minimum regional.
"Semisalnya UMP nya Rp 3,6 juta ya paling tidak mereka disetarakan dengan itu," tandasnya.
Sementara Uchok Sky Khadafi menilai, ada kesan Anies ini sering tes ombak. Harusnya, kata dia, kebijakan yang hendak dikeluarkan bisa dilakukan kajian dan pembahasan yang mendalam.
Uchok mencontohkan, soal kebijakan dibukanya tempat bioskop. "Kalau bicara pajak kan kecil ini bioskop, jadi apa yang mau dikejar. Dan bisa saja ini akan menimbulkan masalah baru soal Corona," tukasnya.
Ke depan, Uchok berharap agar Anies mampu melibatkan banyak pihak dalam melakukan pembangunan di Jakarta.