Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
Sumber Antibiotik Baru

Dosen UMS: Rumput Teki Bernama Streptomyces Cemorosewuensis

Burhani | Minggu, 08 Maret 2020
Dosen UMS: Rumput Teki Bernama  Streptomyces Cemorosewuensis
-

RADAR NONSTOP- Tepat hari ini, Minggu (8/3) merupakan perayaan Hari Perempuan Internasional. Dimana perempuan saat ini sudah sangat maju dan berbagai bidang. Termasuk menjadi seorang ilmuwan ataupun seorang peneliti.

Salah satunya yang sukses dalam karir sebagai peneliti  adalah Ambarwati. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), berhasil menemukan spesies baru bakteri Streptomyces.

Dalam penelitiannya dia menemukan enam isolat streptomyces yang berpotensi menghasilkan antibiotik. Dari enam itu berdasarkan sekuen gen 16S rRNA ada dua isolat yang berpotensi sebagai spesies baru.

BERITA TERKAIT :
Dosen Ngaku Korban Konten Porno Nagdu Ke PWI Kota Bekasi 
Bank DKI Siap Dukung Transaksi Perbankan Universitas Kristen Teknologi Solo

Diantaranya Ambarwati berhasil  menemukan satu spesies Streptomyces baru yang berpotensi menghasilkan antibiotik serta senyawa yang dapat mengatasi resistensi bakteri patogenik terhadap antibiotik.

"Saya tertarik meneliti Streptomyces ini karena dia bakteri yang menghasilkan banyak bioaktif terutama antibiotik," paparnya, Minggu (8/3/2020). 

Dosen UMS yang meraih gelar Doktor Biologi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut menemukan bakteri baru tersebut dari rhizosfer rumput teki yang hidup di kawasan Cemoro Sewu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. 

Ditambahkan Ambar, sebenarnya rumput teki yang diambil bisa berasal dan tumbuh dimana saja, akan tetapi Cemoro Sewu itu kan daerah ekstrim yakni di Gunung Lawu, menghasilkan senyawa biotik yang lebih bagus dibandingkan di tempat lain. 

"Rumput teki ini diambil dari lokasi pegunungan tepatnya di  Cemoro Sewu yang berada di ketinggian gunung Lawu. Yang merupakan salah satu tempat ekstrim yang memiliki suhu, kelembaban yang berbeda dengan tempat lain," paparnya.

Dalam penelitian yang dilakukan selama lebih dari tiga tahun ini Ambar menjelaskan bakteri yang diambil bukan dari rumput tekinya. Namun dari bakteri yang tumbuh di tanah yang menempel di akar rumput teki.

Temuan bakteri Streptomyces cemorosewuensis ini lanjut Ambar menghasilkan 2 zat atau senyawa yang memiliki besar yaitu “Malasidin” (senyawa yang bisa menghambat bakteri patogen yang sudah multidrug resistant) dan “Geosmin” (Senyawa yang dengan hanya kadar 5ppm saja sudah bisa memiliki kontribusi yang besar).

Bakteri streptomyces ini bisa memakan waktu 1 minggu sampai 1 bulan untuk bisa berkembang, berbeda dengan bakteri pada umunya yang mana 24 jam sudah bisa berkembang banyak. Saat ini dirinya tengah mengajukan spesies baru bakteri itu dengan nama Stretomyces Cemorosewuensis sp. Nov.

 "Saat ini sekuen hasil WGS dari spesies baru ini sedang dalam proses submit ke NCBI (National Center For Biotechnology Information) untuk mendapatkan accession number," terangnya lebih lanjut. 

Kedepannya Ambarwati berharap hasil temuannya ini setelah di murnika  bisa ditindaklanjuti oleh teman-teman dari farmasi, juga  kedokteran yang dilakukan  oleh penelitian terapan.

"Kalau  sudah bisa menghasilkan antibiotik itu yang baru bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara langsung," pungkasnya.