RADAR NONSTOP- Merebaknya virus asal Kota Wuhan, China, tak membuat para pedagang di pasar burung, Depok, Solo, terutama penjual kelelawar menjadi takut.
Meskipun virus mematikan itu disebut-sebut karena mengkonsumsi kelelawar. Sebaliknya, para penjual kelelawar ini mengatakan angka penjualan kelelawar tak terpengaruh sama sekali.
Budi, salah satu penjual kelelawar di pasar burung Depok, Solo mengaku tak percaya sama sekali dengan adanya kabar merebaknya virus Korona.
BERITA TERKAIT :Selain tidak melihat sendiri kejadian yang menimpa di warga Wuhan, China, terkena virus Korona, Budi mengaku dirinya yang juga ikut mengkonsumsi daging kelelawar,kesehatannya tak terganggu sama sekali.
"Saya terus terang tak percaya sama sekali dengan kabar virus ini. Selain tak melihat sendiri, kabar adannya virus yang ditimbulkan dari hewan ini tak cuma sekali saja muncul. Dulu, flu burung, yang katanya dari unggas,"papar Budi yang mengaku sudah berjualan kelelawar selama 20 tahun pada Radar Nonstop, Selasa (28/1/2020).
Menurut Budi, tak hanya dirinya saja tak percaya dengan adannya virus yang timbul karena mengkonsumsi kelelawar.
Para pelanggannya pun tak percaya dengan adannya virus ini. Terbukti, para pelanggannya tetap membeli kelelawar dari dirinya untuk menyembuhkan penyakit asmanya.
*Ini saja tadi ada yang membeli lima kelelawar. Waktu saya tanya, apa tidak takut kena virus Kiriman, mereka (pelanggannya) malah jawab, saya lebih takut penyakit asma saya tak sembuh,"ujar Budi menirukan jawaban pelanggannya sambil tertawa.
Untuk satu kelelawar, dirinya menjual seharga Rp 15 ribu. Harga tersebut, termasuk biaya untuk memotong dan membersihkan bulu kelelawar. Pasar terjauh penjualannya adalah Bali. Sekali kirim 60 kelelawar ke pulau Bali.
Menurut Budi, harga itu masih tergolong murah dibandingkan dengan tenaga yang dikeluarkan untuk menangkap kelelawar. Setiap berburu kelelawar, Budi mengaku bisa menangkap lebih dari 60 ekor.
"Tapi matinya (kelelawar) karena kena jaring separuh sendiri," pungkasnya.