RADAR NONSTOP - Bagi Inggard Joshua, partai hanya sekedar alat. Apapun partainya jika Caleg sudah mengakar di masyarakat pasti lolos ke Kebon Sirih.
Inggard, di awal kariernya sebagai politisi, melabuhkan harapan menjadi wakil rakyat melalui partai berlambang pohon beringin, Golkar. Namun karena terhalang memperjuangkan aspirasi pemilihnya, politisi gaek ini memilih hengkang.
Pada Pileg 2014 lalu, dengan keyakinan yang mantap, Inggard memilih bergabung dengan Partai NaSdem. Saat itu, Inggard berpikir, sebagai partai pendatang baru, dirinya akan dengan leluasa memperjuangkan aspirasi konstituennya.
BERITA TERKAIT :Namun, harapan tinggal harapan, NasDem yang sudah menyatakan diri sebagai partai pembela dan pendukung Ahok, kerap berseberangan dengan pandangan politik Inggard yang selalu dan setia pada aspirasi basis massanya.
“Bagi saya suara dan aspirasi warga adalah yang utama. Partai hanya menjadi alat untuk menyampaikan hal itu. Karenanya saya yakin bila kita mempunya prinsip dan komitmen yang kuat kepada rakyat maka apapun partainya kita bisa menjadi wakil mereka,” tegas Inggard.
Imbas dari keteguhan sikap politiknya itu, sekali lagi Inggard ‘terpaksa’ berlabuh ke partai lain. Kali ini, di Pileg 2019, Inggard memilih Partai Gerindra sebagai perahu ke Kebon Sirih.
Mengantongi nomor urut 2 di Dapil (daerah pemilihan) 9 Jakarta Barat yang meliputi Tambora, Cengkareng dan Kalideres, Inggard kembali menabur asa sebagai wakil rakyat di DPRD DKI Jakarta untuk periode 2019-2024.
“Ada hal-hal yang tidak seprinsip. Tapi, saya menghargai partai dan saya menghargai semuanya," ujarnya.
Penelusuran radarnonstop, pandangan politik Inggard Joshua memang banyak bertentangan dengan partai besutan Surya Paloh (NasDem) itu, diantaranya,
Sekretaris Pansus Angket Ahok
Jika ditarik ke beberapa tahun yang lalu, ada sebuah pansus angket di DPRD DKI Jakarta. Pansus tersebut bertujuan untuk membuktikan sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh Basuki atau Ahok.
Pansus tersebut memiliki tujuan untuk melengserkan Ahok dari jabatan gubernur ketika itu. Inggard menjadi sekretaris dalam pansus angket tersebut.
Ketika proses pansus berjalan, Fraksi Partai Nasdem mencabut dukungannya terhadap pansus angket itu. Meski ada keputusan partai, Inggard bergeming dan tetap dalam pansus itu.
Hingga akhirnya dia mendapatkan surat peringatan. "Saya dapat surat tertanggal 3 Maret 2015 yang memberitahukan tentang peringatan tertulis yang pertama dan terakhir dari DPP partai terkait angket," ujar Inggard, pada Maret 2015.
Kritik kebijakan Ahok
Sejak dulu, Partai Nasdem sudah menjadi partai pertama yang mendukung apa pun kebijakan Ahok. Inggard kembali menunjukkan sikap yang berseberangan dengan partainya.
Berkali-kali, dia mengkritisi kebijakan Ahok dari mulai pembelian lahan RS Sumber Waras hingga reklamasi.
"Ketika saya berbicara sebagai anggota Dewan, saya lepaskan baju (partai) itu dulu. Saya hargai partai saya dan saya juga harus hargai warga yang memilih saya," ujar Inggard, saat itu.
Dia menegaskan yang dia kritisi bukan Ahok, melainkan kebijakannya. Sekretaris DPW Partai Nasdem DKI Jakarta Wibi Andrino dahulu mengatakan, Inggard sudah berkali-kali diberi teguran, tetapi terguran itu tidak diindahkan.
"Kan kami murni dukung Ahok, tetapi masih saja macam-macam ngomongin reklamasi, RS Sumber Waras, tanpa koordinasi dulu dengan DPW," ujar Wibi, ketika itu.
Atas sikapnya ini, Inggard sebenarnya sudah pernah diusulkan untuk dicopot keanggotaannya dalam DPRD DKI Jakarta. Namun, sampai sekarang hal itu belum ditindaklanjuti. Hingga, akhirnya kini dia mengundurkan diri jelang Pemilihan Legislatif 2019.