RADAR NONSTOP - Orang besar karena konflik, tanpa konflik Anda tak dikenal. Pepatah ini ada benarnya.
Konflik memang sering dikaitkan dengan sensasi. Jika Anda jago mengelola konflik tentunya berhadiah popularitas.
Bagi politisi, konflik adalah seni dalam berperang. Jika Anda menikmati maka di medan konflik itulah saatnya menguji diri.
BERITA TERKAIT :Karena, dalam konflik tentunya bukan hanya sekedar berdebat atau berbeda pandangan semata. Banyak politisi di negeri ini besar karena konflik.
Sebut saja Jokowi. Sebelum namanya mencuat, Jokowi ketika menjadi Walikota Solo sempat berkonflik dengan Bibit Waluyo yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Awal mula Jokowi dan Bibit terlibat silang pendapat di media terkait pembangunan mal di Solo dan mobil Esemka. Lalu, ada juga Donald Trump yang tegang dengan Barack Obama.
Dikutip dari beberapa sumber, konflik bagi politisi sering kali bisa mengerek popularitas. Tinggal bagaimana Anda mengelolanya.
Stewart & Logan (1993:342) menyebutkan, konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber pengalaman positif. Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana pembelajaran dalam memanajemen suatu kelompok atau organisasi.
Nah, saat ini banyak isu soal APBD DKI Jakarta tahun 2020. Salah input dan kesalahan ketik tentunya bisa menjadi arena dalam pertarungan konflik.
Sebut saja soal anggaran lem Aibon Rp 82 miliar untuk sekolah di Pemprov DKI Jakarta. Lem aibon menjadi viral setelah diungkap oleh anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI William Aditya.
Isu lem aibon makin tak terbendung setelah Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi ikut nimbrung soal isu lem aibon. Bahkan, Ketua Komisi A DPRD dari fraksi Gerindra Inggard Joshua secara terbuka menegur William dalam RAPBD ke publik melalui media sosial.