Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Tenis Meja Konflik, Tak Ikut SEA Games dan Dicoret PON 

NS/RN/CR | Sabtu, 26 Oktober 2019
Tenis Meja Konflik, Tak Ikut SEA Games dan Dicoret PON 
-

RADAR NONSTOP - Atlet tenis meja gigit jari. Sebab, latihan para atlet di daerah (Pelatda) dan nasional (Pelatnas) sia-sia. 

Sebab, para atlet tidak bisa ikut SEA Games 2019 Filipina. Bahkan, di PON Papua, cabang olahraga (cabor) bola tepok ini dicoret. 
"Kamis udah latihan di Pelatda setahun tapi gak bisa ikut PON. Kenapa hanya karena konflik atlet dikorbankan," keluh atlet tenis meja yang namanya enggan disebutkan, Jumat (25/10)

Chef de Mission (CdM) Indonesia, Harry Warganegara, mengatakan, keputusan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI), Oegroseno, yang melaporkan Erick Thohir kepada polisi salah langkah.

BERITA TERKAIT :
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Timses Sudah Dapat Jatah Kursi BUMN Aja 
Erick Thohir Serang AMIN Lewat Isu BUMN Diganti Koperasi, Gagal Paham?

Oegroseno melaporkan Erick ke Polda Metro Jaya pada 6 Oktober. Menteri BUMN, yang juga mantan ketua umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) itu dituduh melakukan penipuan hingga berimbas kepada keputusan tak diberangkatkannya tensi meja ke SEA Games 2019 Filipina.

Harry bersikukuh tidak ada penipuan dalam keputusan itu. KOI semata-mata tak memberangkatkan tenis meja ke SEA Games 2019 karena adanya tiga kepengurusan PP PTMSI, yakni Oegroseno, Lukman Eddy, dan Peter Layardilay.

Harry bilang seharusnya Oegroseno melaporkannya kepada bagian hukum olahraga dan badan yang mengawasi.

"Urusan olahraga itu ada di BAKI (Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia). Tidak ada urusannya dengan kepolisian. Tapi, kalau mau dilaporkan silakan," ujar Harry, Jumat (25/10/2019).

"Sudah ada kesepakatan antara Pak Erick, Pak Tono (Suratman, mantan ketua KONI), dan Menpora. Kalau memang cabang olahraga serius dengan nasib atlet, jangan ada dualisme kepengurusan," Harry menegaskan.