Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Pasar Tumpah, Antara Ekonomi Rakyat dan Biang Macet Mudik 

Redaksi | Minggu, 26 Mei 2019
Pasar Tumpah, Antara Ekonomi Rakyat dan Biang Macet Mudik 
Pasar Tumpah di Cirebon, Jawa Barat.
-

RADAR NONSTOP - Pasar tumpah di jalur mudik kerap dijadikan kambing hitam kemacetan. Padahal keberadaan pasar tumpah adalah bagian dari ekonomi kerakyatan. 

Jelang lebaran, biasa warga memang mencari keperluan lebaran di pasar. Dari pakaian hingga kebutuhan pokok. 

Nah, pasar tumpah atau cara jualan tradisional sering kali dicap biang kerok kemacetan saat mudik. Jika kita mau jeli, pasar tumpah bisa diatur dan dikelola. 

BERITA TERKAIT :
Pilihan Destinasi Wisata Libur Lebaran, Jungle Land Sentul Dipadati Ribuan Pengunjung
Alhamdulillah, Kasus Timah Kalah Dengan Perputaran Duit Lebaran Rp 369,8 Triliun

Artinya tidak ganggu jalan baik dari segi parkir hingga lalu lalang para warga. Jika dipersiapkan sejak jauh hari tentunya pasar tumpah tak akan bikin macet jalur mudik. 

Di jalur mudik Pantura, Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga jalur Sumatera memang sering dijadikan tempat pasar tumpah. Bagi warga setempat pasar tumpah adalah ciri khas daerah. 

Bahkan bagi perantau kalau pasar tumpah bagian dari kebersamaan warga dalam membangkitkan ekonomi lokal kerakyatan. Anehnya, pemerintah baru sibuk melakukan pembenahan saat hari H. 

Padahal pemerintah pusat dan daerah bisa saja menata keberadaan pasar tumpah. Cobalah diatur kantong parkir. 

Lalu siapkan zebra cross atau tempat penyebrangan orang agar tertib. Jika ini dilakukan maka tidak ada lagi cap pasar tumpah sebagai biang kerok macet. 

Dikutip dari berbagai sumber, kalau keberadaan pasar tumpah atau kaget sudah ada sejak zaman Belanda. 

Adanya pasar kaget tidak lepas dari adanya segregasi dari pemerintahan Belanda antara orang pribumi dan penjajah.

Dikutip dari buku Api Sejarah yang ditulis oleh Ahmad Mansur Suryanegara, bahwa tidak adanya pasar permanen di area pemukiman orang pribumi menjadikan adanya pasar kaget.

"Di wilayah pribumi Islam sering dijumpai banyak pasar kaget yang bersifat sementara dan letaknya dipinggir jalan. Tidak mendapat fasilitas pasar permanen seperti pasar di wilayah penjajah," tulis Ahmad pada bukunya.

Di era Belanda, pasar tumpah sering diartikan sebagai pusat belanja kaum miskin. Dari pasar inilah bermunculan para pedagang atau saudagar pribumi. 

Hingga kini pasar kaget tetap ada bahkan namanya kian modern yakni pasar malam, pusat belanja, jajanan serta bursa kuliner, bursa pakaian hingga pameran UKM.

#Opini   #Mudik   #Lebaran