Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
47 Persen Pemilih FPI ke 01

LSI Denny JA Dibilang Dungu dan Memperkosa Ilmu Statistik

RN/CR | Rabu, 03 April 2019
LSI Denny JA Dibilang Dungu dan Memperkosa Ilmu Statistik
-

RADAR NONSTOP - Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dicap dungu dan memperkosa ilmu statistik.

Pernyataan keras ini dilontarkan juru bicara FPI, Munarman menanggapi rilis terbaru LSI Denny JA terkait keterpilihan pasangan Capres - Cawapres di pemilih FPI (Front Pembela Islam).

"LSI Denny JA kalau lagi ngibul gitu deh. Entar di bilang pemilih FPI ingin tinggal di bulan," katanya Selasa (2/4/2019) malam

BERITA TERKAIT :
Meski Kecewa Mahfud Terima Keputusan MK
Ogah Berandai-Andai Jadi Menteri Lagi, Sandi Tau Malu Juga Ya?

Munarman mengkritik jangan sampai LSI Denny JA menyalahgunakan ilmu statistik. Penyalahgunaan ini dengan membentuk opini. "Kalau ngibul dan menghayal jangan yang kebangetan gitu deh. Itu sudah bisa disebut ‘survey collar crime’  menyalahgunakan ilmu statistik," tutur Munarman.

Dia menegaskam terkait survei tersebut, tak ada satupun anggota FPI yang menjadi responden. Meski ia paham dengan diksi 'di pemilih FPI' yang artinya pemilih tersebut bisa bukan anggota FPI.

"Saya pahamlah dia menggunakan diksi "di pemilih FPI" artinya responden tersebut bukan anggota FPI, tapi anehnya dalam analisanya, LSI Denni JA menyatakan bahwa tidak semua satu pandangan dengan sikap pimpinan ormas tersebut," ujar Munarman.

Kata dia, justru pernyataan dalam survei itu yang janggal karena tak nyambung. "Lha kan yang disurvei bukan anggota FPI, kok tiba tiba disebut berbeda sikap antara pimpinan dengan responden yang di survei. Kan enggak nyambung itu," ujarnnya.

Menurut dia, cara ini sebagai upaya sengaja misleading informasi. Ada kesesatan berpikir sehingga tak bisa membedakan antara pembentukan opini dengan persepsi fakta. "Pola pola penyesatan berfikir seperti ini hanya bisa dilakukan di kalangan orang orang dungu. Orang orang yang enggak bisa membedakan antara pembentukan opini dan persepsi dengan fakta," ujarnya menjelaskan.

Kemudian, ia menyinggung hasil survei LSI Denny JA terkait hasil Pilgub DKI 2017, Pilgub Jabar 2018, dan Pilgub Jateng 2018. Munarman mencontohkan, untuk Pilgub DKI misalnya di survei tersebut pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno tersingkir di putaran pertama karena hanya mendapatkan 21 persen. Namun, faktanya Anies-sandi lolos dan memenangkan pilgub.

"Dalam beberapa survei pilgub, seperti di Jateng, Jabar dan DKI survei LSI Deni JA juga ngawur abis. Dengan catatan track record seperti ini, maka LSI Deni JA sudah terbukti survey collar crime," tuturnya.

Sebelumnya, LSI Denny JA merilis keterpilihan pemilih capres-cawapres dengan merangkul dari suara pemilih Front Pembela Islam (FPI). Angka dari hasil survei terbilang mengejutkan. Meski duet nomor urut 02, Prabowo Subianto - Sandiaga Uno masih unggul tipis di pemilih ormas pimpinan Habib Rizieq Shihab itu.

Di pemilih FPI, dengan base suara 0,9 persen, yang memilih pasangan calon nomor urut 01 Jokowi - Ma’ruf Amin adalah 41,2 persen sampai 47,6 persen. Sementara, yang memilih Prabowo-Sandi sebesar 52,4 persen sampai 58,8 persen.

Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, mengatakan, memang tak semua pemilih FPI mengikuti perintah pimpinannya yaitu Imam Besar, HabibRizieq Shihab. Meski secara sikap memang Habib Rizieq sudah menyatakan mendukung Prabowo-Sandi. Menurut dia, adanya pemilih FPI yang memilih Jokowi, karena isu-isu negatif yang dialamatkan ke mantan Gubernur DKI itu bisa ditepis.

Dia menjelaskan, dalam kurun 4,5 tahun ini, Jokowi sebagai capres petahana sering dianggap tidak pro terhadap Islam, agama mayoritas di Indonesia.

"Karena juga selama ini yang dipersepksikan Jokowi-Ma'ruf tidak ramah terhadap ulama, tidak ramah terhadap Islam, lambat laun isu itu bisa dikikis. Bahkan di pemilih FPI tidak mutlak dukungan ke Prabowo-Sandi tapi terbelah," jelas Ardian di kantor LSI, Rawamangun Jakarta Timur, Selasa 2 April 2019.

#FPI   #LSI   #Capres