Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Tahun Baru Kelabu Di Jakarta, Ancaman Banjir Besar Rendam Rumah

RN/NS | Kamis, 05 Desember 2024
Tahun Baru Kelabu Di Jakarta, Ancaman Banjir Besar Rendam Rumah
Banjir Jakarta saat tahun 2020.
-

RN - Banjir besar mengintai Jakarta. Banjir tahun ini diperkirakan bakal seperti pada tahun 2020. 

Insiden pada banjir 2020 telah menewaskan 9 warga Jakarta. Warga wafat karena terseret arus hingga kedinginan. Banjir saat itu telah melumpuhkan 294 RW dan lebih dari 3.500 jiwa harus mengungsi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan ada potensi banjir besar di wilayah Jakarta. BPBD DKI Jakarta pun mengungkap rencana antisipasi bencana hidrometeorologi itu.

BERITA TERKAIT :
Pj Gubernur DKI Teguh Pusing Banjir Rob, Wali Kota Jakut Jangan Cuma Wacana
Banjir Air Rob, Wali Kota Jakut Jangan Merasa Kuat Karena Dekat Dengan Aktivis?

"Kalau banjir kami biasa tapi kalau besar itu yang gak biasa. Saya harap pemprov siap untuk menghadapi banjir," tegas Ranto warga Kedoya Utara, Jakbar yang rumahnya menjadi langganan banjir.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memaparkan musim dan cuaca selama periode liburan Natal dan tahun baru 2025. Dwikorita mewanti-wanti skenario terburuk banjir besar Jakarta yang pernah terjadi saat tahun baru 2020 bisa terjadi lagi.

Hal itu disampaikan Dwikorita dalam rapat bersama Komisi V DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (4/12/2024). Dwikorita menjelaskan beberapa daerah di Indonesia sudah masuk musim hujan.

"Saat ini kita sedang memasuki musim hujan dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian, di sebagian wilayah itu mengalami puncak musim hujan di bulan Januari," ujar Dwikorita.

Dwikorita menjelaskan, musim hujan saat ini disertai fenomena La Nina. Kondisi itu membuat curah hujan meningkat hingga 20% dari normalnya.

"Jadi, tadi kondisi normal menuju puncak selama Januari, kemudian bersamaan dengan potensi penambahan 20% curah hujan akibat terjadinya La Nina lemah. Itu dua fenomena," kata dia.

Lebih lanjut, Dwikorita mengatakan fenomena itu bisa berdampak pada skenario terburuk curah hujan yang ekstrem. Dwikorita menyinggung banjir besar yang pernah melanda Jakarta pada 2020. Pada tahun itu, 390 RW di 151 kelurahan terendam banjir dengan ketinggian maksimal hingga 350 cm.

"Kemudian saat landing ke Indonesia bagian barat yaitu Jawa Barat, Lampung, Banten, DKI, ini peristiwanya mirip, kalau skenario terburuk, doa kami tidak akan, tapi skenario terburuk itu meningkatkan curah hujan dengan intensitas yang ekstrem. Contoh yang sudah terjadi di tahun 2020 di Januari kondisi terparah adalah Jabodetabek banjir saat itu akibat kami mendeteksi seruak udara dingin tadi," ujar Dwikorita.

"Skenario teringan, yang terjadi sekitar 2 tahun lalu saat penyeberangan Merak di Bakauheni. Tiba-tiba kapal yang sudah parkir oleng, sementara masih ada yang menyeberang, jadi waktu itu satu truk masuk ke laut, satu mobil masuk ke laut," katanya.

Sementara Kasatlak Pengelolaan Data dan Informasi Pusdatin BPBD DKI Jakarta, Kristian Gottam Sihombing, mengatakan penanganan banjir tahun ini memiliki sejumlah perbedaan dibanding tahun sebelumnya. 

Dia mengatakan BPBD DKI bersama instansi terkait telah meningkatkan kapasitas pompa air dan memperluas jaringan drainase di wilayah rawan banjir.

"Selain itu, teknologi pemantauan cuaca berbasis data real-time digunakan untuk meningkatkan kecepatan dan akurasi deteksi dini," kata Gottam dalam keterangannya, Rabu (4/12/2024).

Dia mengatakan jajaran Pemprov DKI Jakarta juga terus merevitalisasi sungai, mengeruk saluran air, dan menambah kapasitas pompa untuk memperkuat infrastruktur pengendalian banjir. Selain itu, BPBD mengedukasi masyarakat soal kesiapsiagaan bencana, simulasi evakuasi, dan pelatihan tanggap darurat.