RADAR NONSTOP - Kasus pengeroyokan seorang warga di kawasan lndustri (Wahyu Sejahtera) di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Senin (21/1) mulai temui titik terang.
Pengeroyokan yang berujung pada pelaporan itu merupakan buntut dari upaya pemerintah Desa Kembang Kuning memerangi premanisme.
Kepala Desa Kembang Kuning, Muhammad Mas'udi mengaku, aksi pemukulan yang dilakukan oleh warganya, bermuara dari sikap tegas masyarakat yang menolak aksi premanisme.
"Intinya terlapor kesal dengan ulah pelapor yang coba menerapkan budaya premanisme ," tutur Kades Mas'udi saat di kediamannya, Minggu (3/2).
Mas'udi melanjutkan, pelapor dengan beberapa temannya adalah salah satu preman di jalur proyek. Aktifitas kelompok kecil preman itu mengutip tiap kendaraan roda empat yang melalui jalur.
"Kami tidak terapkan aturan itu. Dia dan kelompoknya yang malah menerapkan sistim retribusi untuk kepentingan pribadi," papar Mas'udi.
Atas dasar itu, kata dia, pemerintah desa berupaya untuk menegur pelaku. Namun, saat ditegur pelaku justru memancing dirinya untuk bersikap kasar.
"Saat kejadian, saya tidak terpancing. Justru warga yang melihat kelakuan pelapor sangat kesal dan memukuli pelapor," terangnya.
Bahkan, lanjutnya, banyak masyarakat dan supir yang menyaksikan kejadian itu siap menjadi saksi. Itu yang membuat Mas'udi berani untuk menghadapi fitnah yang tengah mengujinya.
"Saat ini saya masih bersabar. Jika sudah waktunya, mereka para supir (korban preman-red) dan masyarakat yang ada di lokasi kejadian akan saya izinkan untuk ambil sikap menjadi saksi," tegasnya .
Lebih lanjut Ia menilai tudingan pelapor terhadap pihak desa sebagai upaya spontanitas untuk menutupi kesalahan pelapor.
Menurutnya, aksi premanisme di wilayahnya menjadi hal penting yang mesti diselesaikan. Persoalan itu, kata dia, akan menjadi bom waktu yang kapan saja bisa meledak.
"Saya khawatir akan ada perang saudara di wilayah saya. Karena itu harus sejak dini kami antisipasi," tukasnya.
Ia pun mengaku, telah menjalin komunikasi dengan pihak kepolisian dan Koramil, agar dalam menumpas aksi premanisme pihaknya tidak menabrak hukum.
"Kalau premanisme dilawan dengan cara preman, pastinya enggak akan selesai, karena itu kami serahkan pada pihak hukum," pungkasnya.
Statemen kepala desa dilatarbelakangi dari tudingan salah satu preman bernama Candra yang sempat dianiaya oleh warga.
Tak lama dari kejadian, Candra melapor ke pihak kepolisian dan menuding aksi kekerasan yang dialaminya bersumber dari provokasi Kepala Desa Kembang Kuning.