RN - Utak-atik koalisi masih misteri. Bahkan, hingga kini Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto belum jelas siapa yang akan dijadikan cawapres.
Belakangan heboh duet Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo. Jika ini terwujud maka duet Anies Baswedan dan Cak Imin (AMIN) bakal dikepung atau dikeroyok tujuh penjuru.
PDIP dan Gerindra tidak membantah soal wacana duet. Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa Ganjar yang diusung PDIP dan PPP dan selalu menang dalam survei tidak pede.
BERITA TERKAIT :Begitu juga dengan Prabowo. Kehadiran PAN, Golkar hingga Demokrat ternyata tak membuat Gerindra menyebut nama cawapres.
Ganjar sendiri sepertinya mulai ambigu. "Kalau politik itu sebelum ditetapkan KPU semua peluang bisa terjadi," kata Ganjar usai Rapat Tim Pemenangan Nasional (TPN) di Gedung High End, Jakarta, Sabtu (23/9/2023).
PDIP misalnya, yang diketahui mendukung Ganjar di pemilu tahun 2024, mengatakan akan terus memperhatikan dinamika publik.
"Ya kita lihat lagi bagaimana dinamikanya selama satu bulan ini, apakah kemudian bisa terjadi atau tidak terjadi, kan semua partai punya kalkulasi," kata Ketua DPP PDIP Puan Maharani.
Jika koalisi Ganjar dan Prabowo pede kenapa juga tidak deklarasi cawapres? Apakah AMIN mulai menguat?
Indo Riset menemukan fakta baru. Lembaga survei ini mencatat elektabilitas Ganjar di Jawa Tengah dan DIY turun dari 70,0 persen pada Agustus 2023 menjadi 65,6 persen pada September 2023.
Penurunan juga terjadi di Jawa Timur, dari 46,1 persen menjadi 43,9 persen. Kemudian, elektabilitas Ganjar di Bali dan Nusa Tenggara turun dari 51,7 persen menjadi 48,9 persen.
Kendati demikian, elektabilitas Ganjar mengalami kenaikan di Jakarta-Banten, Jawa Barat, dan Maluku-Papua.
Elektabilitas Ganjar di Jakarta dan Banten naik dari 16,0 persen menjadi 21,0 persen. Sementara di Jawa Barat naik dari 18,1 persen menjadi 22,3 persen dan naik dari 27,5 persen menjadi 37,5 persen di Maluku dan Papua.
"Suara Anies mengalami kenaikan di Pulau Jawa, terutama Jawa Barat, Jawa Tengah-DIY dan Jawa Timur. Kenaikan signifikan terjadi di Jawa Timur," kata peneliti Indo Riset, Roki Arbi di kawasan Melawai, Jakarta Selatan, Senin (25/9).
Dalam dua bulan terakhir yakni Agustus dan September, elektabilitas Anies di Jawa Timur naik dari 12,8 persen menjadi 22,2 persen.
Kenaikan juga terjadi di Jawa Barat dari 24,7 persen menjadi 31,6 persen. Kemudian, di Jawa Tengah elektabilitas Anies naik dari 8,3 persen menjadi 14,4 persen.
"Kenaikan elektabilitas Anies Baswedan disumbangkan oleh beberapa faktor seperti efek dari deklarasi pasangan cawapres Muhaimin Iskandar dan bergabungnya PKB ke koalisi," ujarnya.
Selain itu, kata Roki, kenaikan elektabilitas Anies juga terjadi karena membesarnya dukungan pemilih partai-partai koalisi ke Anies baik NasDem, PKS, dan PKB.
Indo Riset juga memetakan elektabilitas tiga capres secara umum. Dari survei tercatat Prabowo Subianto ada di posisi teratas meski terlihat tren penurunan.
Elektabilitas Prabowo per September sebesar 34,8 persen atau turun dari Agustus lalu sebesar 38,3 persen. Ganjar di posisi kedua dengan elektabilitas 34,4 persen atau relatif stagnan dari elektabilitas Agustus sebesar 34,3 persen.
Anies di posisi ketiga namun mengalami kenaikan dari 22 persen pada Agustus menjadi 25,2 persen pada September.
Indo Riset melibatkan 1.200 orang responden dalam survei yang digelar 11-18 September 2023. Indo Riset menyampaikan survei ini memiliki margin of error survei +/-2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei opini publik oleh Politika Research and Consulting (PRC) menunjukkan elektabilitas Anies meningkat signifikan di September menjadi 18,3 persen dibandingkan posisi per April 2023 sebesar 14 persen.
Sementara, elektabilitas Prabowo Subianto merosot drastis dari 40,5 persen per April 2023 menjadi 32,3 persen (September 2023). Penurunan yang sama terjadi pada Ganjar Pranowo, dari 40,8 persen (April 2023) menjadi 40,4 persen (September 2023).