RN - Sebaran banjir di Jawa Tengah (Jateng) makin meluas. Daerah yang banjir tidak hanya kawasan pantai utara saja (Pantura) saja.
Namun daerah timur seperti Solo Raya tergenang akibat meluapnya Bengawan Solo. Di kawasan Jawa Tengah selatan wilayah seperti Kebumen, Banyumas, dan Cilacap juga menjadi langganan banjir.
"Pak Ganjar urus dulu dong Jateng jangan capres terus. Kasihan ini rakyat," teriak warga Cilacap, Jateng.
BERITA TERKAIT :Anggota DPD dapil Jawa Tengah, DR Abdul Kholik, mengatakan banjir di Jawa Tengah (Jateng) kini semakin mengkhawatirkan. Sebaran genangan banjir semakin meluas.
''Faktor penyebab itu sangat kompleks. Ini mulai dari kawasan hulu, tengah, maupun hilir semuanya menyumbang masalah banjir. Di kawasan hulu sungai terjadi alih fungsi lahan yang sangat masif. Di kawasan sungai bagian tengah terjadi kerusakan daerah aliran sungai, penyempitan, dan pendangkalan. Di kawasan hilir terjadi penurunan permukaan tanah. Selain itu permukaan air laut pun meningkat akibat pemanasan global,'' kata Abdul Kholik, Jumat pagi (24/3/2024).
Menurut Abdul Kholik, berdasarkan kajian secara konsisten memang permukaan tanah di kawasan Pantura Jateng turun 1-12 cm per tahun. Bahkan di Pekalongan dan Semarang penurunan permukaan tanahnya mencapai kisaran 10 cm per tahun.
''Sedangkan dikawasan selatan banjir lebih banyak disebabkan kerusakan sungai di bagian hulu dan daerah aliran sungai."
"Maka kini harus ada solusi yang komprehensif soal banir yang berkelanjutan. Di kawasan Jateng utara harus dimulai dengan pembatasan penggunaan air tanah secara ketat, terutama untuk memenuhi kebutuhan konsumsi air bersih skala besar. Selain itu harus segera dibangun tanggul laut raksasa,'' kata Kholik.
Sedangkan di kawasan bagian atas, ujarnya, alih fungsi lahan harus dibatasi. Sejalan dengan itu harus pula dibangun waduk untuk menahan air agar tidak langsung mengalir ke bawah. Sumur resapan air harus secara masif dibuat agar air terserap ke dalam tanah.
''Normalisasi sungai juga harus dimaksimalkan dengan berbagi tanggung jawab antara kementrian pekerjaan umum dan pemerintah daerah. Sedangkan di bagian hilir, harus pula disiapkan infrastruktur untuk mengendalikan banjir, seperti pompa air dan pemliharaan kanal banjir. Ini karena berdasarkan data, kanal banjir di Jawa Tengah sudah mengalami pendangkalan sampai kisaran 40 persen,'' tegas Kholik.
Bahkan, kata Kholik, yang tidak kalah penting adalah mendorong mobiliasi warga untuk peduli dan mencegah banjir. Sebab, sebagian terjadi karena saluran yang tidak terawat dan tersumnat sampah.
''Dengan kompleksnya masalah banjir di Jawa Tengah, maka kini harus dilakukan terobosan kebijakan besaran dengan melibatkan semua stake holder. Kerangka waktu penanganan banjir juga harus dibuat secara tegas, yaitu sejak tahun ini sampai tahun 2035. Ini karena 15 tahun ke depan kondisi akan semakin berat dan para ahli sudah mengingatkan bila sebagian wilayah Jawa Tengah terancam tenggelam," tambhanya.