Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Kereen... Ekowisata Sungai Rindu Berpotensi Hidupkan Ekonomi Warga Hurip Jaya

Budhie Uban | Rabu, 26 Desember 2018
Kereen... Ekowisata Sungai Rindu Berpotensi Hidupkan Ekonomi Warga Hurip Jaya
Ekowisata Hutan Mangrove Sungai Rindu Desa Hurip Jaya, Babelan kini ramai dikunjungi wisatawan lokal
-

RADAR NONSTOP - Tepatnya di Sungai Kaloran, Kampung Sembilangan, Desa Hurip Jaya, Babelan kini terdapat ekowisata hutan Mangrove Sungai Rindu, yang semakin ramai dikunjungi warga pada liburan panjang akhir tahun 2018 ini.

Salah satu pengurus Sungai Rindu, Zaid Al Ahmad mengatakan, pengunjung umumnya datang dari Jembatan Cinta yang berada di Kecamatan Tarumajaya, melintasi pesisir dan konservasi mangrove, lalu mampir di Sungai Rindu untuk sekadar istirahat, membeli makanan dan minuman atau ingin foto-foto di lokasi ini.

Sementara itu, Mustana (38), anggota BPD Hurip Jaya yang juga pengurus di Sungai Rindu menerangkan,
awalnya pemuda-pemudi yang tergabung dalam Ikatan Remaja Putra-Putri (IRTRA) Sembilangan dibantu warga secara swadaya membuat saung-saung berteduh dan untuk warga berjualan sekitar Mei 2018 lalu.

"Namun, semakin hari semakin ramai pengunjung, makin banyak konsumen dari kalangan wisatawan yang datang," terangnya kepada RADAR NONSTOP (Rakyat Merdeka Group), Rabu (26/12).

Mustana yang akrab disapa Kang Mus menambahkan, Sungai Rindu sebagai objek wisata terdekat dari Jembatan Cinta ini mulai mendatangkan wisatawan lokal.

"Berkat kerjasama dengan para pemilik perahu yang beroperasi di Jembatan Cinta yang membutuhkan destinasi saat mereka membawa penumpang berkeliling di kawasan konservasi mangrove pesisir Kabupaten Bekasi," ujarnya.

Bahkan, lanjutnya, potensi ekonomi dari kehadiran wisatawan ini disambut oleh warga sekitar dengan membuka lapak dagangan kuliner maupun souvenir.

"Sungai Rindu sudah menjadi alternatif pemasukan bagi warga Kampung Sembilangan di saat penghasilan dari tambak sedang lesu seperti saat ini di mana 1 kilo rumput laut Gracilaria kering dihargai Rp 2,500," bebernya.

Sebagai anggota BPD, dirinya juga mencoba menggagas peraturan desa (Perdes) agar ekowisata Sungai Rindu memiliki sistem dan dasar legalitas yang pasti.

Selain itu, ia bakal membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) untuk membesarkan ekowisata mangrove dan sebagai wadah pendidikan kesadaran masyarakat atas pentingnya fungsi mangrove bagi ekosistem pesisir khususnya bagi para petani rumput laut dan petambak.

Terpisah, salah satu pengemudi perahu mengaku, dapat menarik perahu hingga 5 kali saat sedang hari libur, dengan tarif 10 ribu pulang pergi dari Jembatan Cinta ke Sungai Rindu pulang pergi.

Begitu pun penjual di salah satu saung di Sungai Rindu mengaku, penghasilannya akan meningkat saat libur dan banyak wisatawan dari Jembatan Cinta yang datang.

Perkembangan ekonomi di pelosok Kampung Sembilangan mulai bergeliat dengan adanya destinasi ekowisata mangrove Sungai Rindu yang digagas oleh IRTRA Sembilangan dan tekad anak-anak muda sembilangan yang bergotong royong demi kemauan ekonomi kampung mereka. (*)

BERITA TERKAIT :