RADAR NONSTOP - Peristiwa tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) dinilai langka. Umumnya tsunami diawali dengan gempa bumi terlebih dahulu.
Tsunami Selat Sunda datang tiba-tiba, bahkan cuaca juga tidak buruk, sang rembulan malam itu bersinar terang.
Alhasil, fenomena alam yang menelan korban 222 jiwa ini menarik perhatian ilmuan mancanegera untuk melakukan penelitian.
BERITA TERKAIT :Begitu dikatakan Peneliti Bidang Geofisika Laut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI), Nugroho Dwi Hananto, Minggu (23/12/2018).
“Tentunya ada beberapa peneliti menyatakan ketertarikan mereka untuk melihat fenomena ini,” kata Nugroho.
Bahkan ada beberapa rekan sesama peneliti yang menghubunginya menyatakan ketertarikan mereka meneliti fenomena tersebut.
Hanya saja, ada aturan khusus bagi peneliti luar negeri yang ingin melakukan penelitian di Indonesia.
“Namun demikian kalau melakukan penelitian di Indonesia kita ada mekanisme yang harus ditempuh melewati proses perizinan di Kementerian Ristekdikti,” katanya.
Beberapa peneliti yang mempunyai ketertarikan untuk mengetahui penyebab tsunami di Selat Sunda tidak hanya berasal dari negeri tetangga saja bahkan hingga ke negara di ujung dunia.
“Ada dari Amerika Serikat, dari India, dari Singapura. Mereka sangat berminat melihat sejauh mana bagaimana ini bisa terjadi. Karena ini kan dampaknya implikasinya bisa luas,” pungkasnya.