Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Ancaman Krisis Dan Ekonomi Dunia Bangkrut, Jangan Buru-Buru Investasi Apalagi Beli Apartemen

RN/NS | Jumat, 14 Oktober 2022
Ancaman Krisis Dan Ekonomi Dunia Bangkrut, Jangan Buru-Buru Investasi Apalagi Beli Apartemen
Ilustrasi
-

RN - Ancaman krisis ekonomi global di depan mata. Saat ini beberapa negara Eropa sudah kena imbas.

Di Indonesia, Jokowi sudah mewarning soal dampak ancaman krisis global. Untuk itu, semua pihak diminta waspada dan hati-hati.

Beberapa pakar keuangan menilai, investasi harus waspada. Kalaupun ingin memutar uang sebaiknya dengan barang yang mudah terjual seperti emas.

BERITA TERKAIT :
Bunuh Diri Bareng, 2 Cowok & 2 Cewek Tewas Terjun Bebas Dari Lantai 22 Apartemen Teluk Intan
Jerman Dan Inggris Krisis Bikin Pengusaha +62 Parno Lalu Tahan Duit 

Apartemen, rumah atau mobil jika dana terbatas lebih baik dihentikan sementara. Karena bisa saja tiba-tiba acuan suku bunga bank naik tak terkendali.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan ekonomi global sedang mengalami masa yang tidak menguntungkan.

Bahlil yang sekaligus Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan ekonomi global sedang mengalami masa yang tidak menguntungkan. Hal tersebut turut mengancam perekonomian Indonesia.

“Ekonomi global sedang mengalami suasana yang sangat tidak menguntungkan. Dalam bahasa saya, ekonomi global saat ini gelap. Jangan artikan gelap dalam maksud politik, ini gelap yang sesungguhnya,” ucap Bahlil dikutip dari siaran YouTube Kementerian Investasi - BKPM, pada Rabu sore, 5 Oktober 2022.

Beban Utang

Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan ekonomi global sangat dekat dengan resesi. Alasannya inflasi tetap tinggi, suku bunga naik, dan beban utang yang meningkat menghantam negara-negara berkembang.

"Kami telah menurunkan perkiraan pertumbuhan 2023 kami dari 3,0 persen menjadi 1,9 persen untuk pertumbuhan global, itu sangat dekat dengan resesi dunia," kata Malpass, pada konferensi pers selama pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia, dikutip Jumat (14/10/2022).

"Semua masalah yang diperhatikan orang, masalah inflasi, kenaikan suku bunga, dan pemutusan aliran modal ke negara berkembang sangat memukul orang miskin," katanya. Ia menyoroti penumpukan utang negara-negara berkembang. "Itu adalah resesi dunia yang bisa terjadi dalam keadaan tertentu."

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada pertengahan September, Bank Dunia memperingatkan bahwa ketika bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi, dunia mungkin akan menuju resesi global pada 2023, dengan perkiraan pertumbuhan hanya 0,5 persen.

Presiden Bank Dunia mencatat pada konferensi pers bahwa pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan sebesar 1,1 persen per tahun. "Jadi jika pertumbuhan dunia jauh lebih lambat, itu berarti orang-orang akan mundur," kata Malpass menjawab pertanyaan dari Xinhua.

Mengutip laporan Bank Dunia baru-baru ini, Malpass mengatakan bahwa pandemi Covid-19 memberikan kemunduran terbesar bagi upaya pengurangan kemiskinan global sejak 1990, mendorong sekitar 70 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem pada 2020, dan perang di Ukraina mengancam akan memperburuk keadaan.

Menurut Laporan Kemiskinan dan Kemakmuran Bersama, pendapatan median global turun 4,0 persen pada tahun 2020, penurunan pertama sejak pengukuran pendapatan median dimulai pada tahun 1990.

"Jadi jika kita mengalami resesi dunia sekarang, itu juga akan menekan pendapatan rata-rata, yang berarti bahwa orang-orang di bagian bawah dari skala pendapatan akan turun," kata Malpass.

Kepala Bank Dunia juga mencatat bahwa ia prihatin dengan konsentrasi modal di dunia di ujung atas negara-negara maju.

"Jadi itu, menurut saya, salah satu masalah yang harus dihadapi dunia untuk memungkinkan modal mengalir ke bisnis baru dan ke negara berkembang, yang akan mengubah arah kebijakan fiskal dan moneter di negara maju," kata Malpass.

Dunia menghadapi lingkungan yang sangat menantang dari ekonomi maju, dan itu memiliki implikasi serius, bahaya bagi negara-negara berkembang, katanya.

"Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa kondisi dan tren ini mungkin bertahan hingga 2023 dan 2024."

#IMF   #Resesi   #Apartemen