RN - Ancaman krisis listrik yang di China membuat harga Batu Bara Acuan (HBA) anjlok. Pada September 2022 tercatat US$ 319,22 per ton.
Harga tersebut turun sebanyak 0,74% atau US$ 2,37 dibanding bulan sebelumnya.
"Peningkatan produksi batu bara Tiongkok dalam upaya mereka mengatasi krisis listrik yang diakibatkan oleh gelombang panas dan kekeringan yang melanda pembangkit listrik tenaga air (PLTA)nya juga turut menjadi faktor turunnya harga batu bara dunia," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dikutip Kementerian ESDM, Kamis (1/9/2022).
Faktor lain yang turut memengaruhi, sambung Agung, adalah adanya upaya dari Tiongkok untuk terus meningkatkan impor batu bara dari Rusia dan Australia.
"Ini menjadi salah satu penyebab index NEX dan GCNC trendnya masih terus naik," jelasnya.
Adapun pergerakan HBA sejak awal tahun 2022 sempat menyentuh nilai tertinggi pada bulan Juni, di mana HBA terkerek hingga menyentuh angka US$ 323,91/ton. Kondisi geopolitik Eropa imbas konflik Rusia - Ukraina dan krisis listrik di India akibat gelombang hawa panas menjadi faktor pengerek utama.
Setelahnya, HBA cenderung fluktuatif mengalami kenaikan dan penurunan. HBA Juli ada di angka US$ 319,00/ton dan Agustus lalu sebesar US$ 321,59/ton.
HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.