RN - Besarnya jarak harga solar subsidi dengan industri, yakni terpaut Rp15 ribu.
Anggota Komisi VII DPR Yulian Gunhar menilai perbedaan harga yang tiinggi ini bisa memicu praktik-praktik nakal dari pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk membuat kebocoran dari solar subsidi. Dia menyarankan ada penyesuaian harga solar subsidi.
“Demi menghindari kebocoran dana subsidi, pemerintah harus segera melakukan penyesuaian harga. Karena, perbedaan harga solar bersubsidi dan BBM industri sangat tinggi. Terpaut sekitar Rp 15 ribu per liter,” ujar Yulian Gunhar dalam keterangannya, Minggu (14/8/2022).
BERITA TERKAIT :Gunhar mensinyalir perbedaan harga yang terpaut tinggi itu, telah terindikasi menimbulkan kebocoran subsidi di lapangan. Banyak oknum yang memanfaatkan perbedaan harga dengan membeli solar subsidi di SPBU, lalu menjualnya untuk kebutuhan industri dengan harga lebih tinggi.
“Permainan para oknum ini sudah sangat canggih dan membentuk jaringan yang melibatkan banyak kalangan. Dengan membeli solar bersubsidi seharga Rp5 ribu, lalu dijual ke pihak lain dengan harga di atasnya,” ujar Gunhar.
Politikus PDI Perjuangan itu mengatakan, kebijakan penyesuaian harga solar bersubsidi demi menyelamatkan APBN yang terus defisit. Hal itu sebagai dampak harga minyak dunia meningkat sejak terjadinya perang Rusia dan Ukraina.
“Komisi VII telah mengingatkan Pertamina mengenai dampaknya terhadap harga minyak dunia. Mengingat Rusia merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia,” katanya.
Demi mencegah terjadinya kenaikan harga BBM di dalam negeri, Gunhar meminta pemerintah mengambil peluang dari dampak perang Rusia-Ukraina di negara-negara Eropa. Salah satunya dengan melakukan barter komoditas yang melimpah di Indonesia seperti CPO dengan BBM yang dihasilkan di beberapa negara Eropa.
“Barter bisa dilakukan dengan menukar CPO yang saat ini harganya meningkat di pasar dunia, dengan barang impor dari negara Eropa, seperti minyak bumi,” katanya.