Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Pengusaha Kuliner Jalan Juanda Terus Protes: 2-3 Bulan Kami Bisa Pailit

Tori | Sabtu, 18 Juni 2022
Pengusaha Kuliner Jalan Juanda Terus Protes: 2-3 Bulan Kami Bisa Pailit
Unjuk rasa para pengusaha Kuliner dan warga sekitar Jalan Juanda, Jakarta Pusat, Jumat (17/6/2022) /Ist
-

RN - Para pengusaha kuliner yang tergabung dalam komunitas pengusaha kuliner Jalan Juanda, Jakarta Pusat, bersama warga sekitar kembali turun ke jalan. 

Mereka menolak kebijakan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang akan melebarkan trotoar Jalan Juanda. Pasalnya, pelebaran trotoar itu mengakibatkan penyempitan jalan dan dianggap berdampak bangkrutnya usaha mereka. 

Dalam aksinya, para pengunjuk rasa membentangkan spanduk di Jalan Juanda atau tepatnya di seberang Istana Kepresidenan tersebut.

BERITA TERKAIT :

“Kami menolak secara tegas pelebaran trotoar karena akan mengancam usaha kami yang baru saja lepas dari pandemi COVID-19,” ujar Ketua Komunitas Pengusaha Kuliner Juanda, Eko Sriyanto Galgendu, Jumat (17/6/2022).

Ia menegaskan, keberadaan tempat-tempat usaha mereka di Jalan Juanda sudah biasa menjamu para tamu baik dari Mabes TNI Angkatan Darat, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Hukum dan HAM dan lainnya.

Rencana pelebaran trotoar yang dilaksanakan Dinas Bina Marga di sekitara ring satu Istana Kepresidenan, menurut Eko akan mengakibatkan penyempitan jalan dan berkurangnya jumlah parkir kendaraan.

“Penyempitan jalan akan menjadikan dampak kemacetan, padahal salah satu janji Anies Bawesdan sebagai gubernur DKI Jakarta adalah mengatasi kemacetan," kata pengusaha asal Kota Solo ini.

Dia mengungkapkan, selama ini dari pertigaan Pacenongan hingga Stasiun Juanda kurang lebih 100 kendaraan yang parkir di pinggir jalan.

“Tempat parkir di kawasan tersebut juga dimanfaatkan oleh Pemda, Kemendagri, Istana Negara, Kemenkumham untuk kegiatan. Bahkan, Jalan Juanda Raya dijadikan jalan alternatif ketika ada demo,” katanya.

Eko Galgendu menegaskan jika Pemprov DKI Jakarta atau Kepala Dinas Bina Marga memaksakan untuk tetap mengerjakan pelebaran trotoar, hampir 40 persen para pengusaha kuliner jatuh pailit dalam waktu sekira 2-3 bulan.

Pihaknya berharap Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Kepala Dinas Bina Marga, Harry Nugroho  mendengar langsung keluhan para pengusaha kuliner. "Jangan hanya mendengar laporan dari bawahan dan menganggap laporannya itu suatu kebenaran," pintanya. 

Pemilik Restoran Ayam Ancur ini menuturkan, usaha kuliner di Jalan Juanda sudah berdiri sejak masa pemerintahan Bung Karno hingga sekarang. Bila rencana pelebaran trotoar itu tetap berjalan maka sama saja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dianggap mereka ingkar janji.

“Kami berharap Bapak Anies konsisten dengan programnya yaitu harum kotanya, bahagiakan warganya. Jangan sampai kemudian bangun kotanya menyengsarakan warganya,” kritiknya.

Eko pun menjelaskan, memang sudah ada pertemuan dengan Wali Kota Jakarta Pusat dan jajarannya. Mereka berjanji akan membawakan aspirasi mereka ke Pemprov. Namun setelah dua minggu usai pertemuan tersebut tidak ada kelanjutan.

Pendapat senada diutarakan Manajer Restoran Happy Day, Rofik yang berharap Pemprov DKI meninjau ulang rencana pelebaran trotoar dan penyempitan jalan karena berdampak terhadap kelangsungan hidup restoran dan juga karyawan yang jumlahnya ratusan orang.

"Dampak pelebaran trotoar dan penyempitan jalan akan merugikan pengusaha karena lahan parkir yang berkurang akan menurunkan omset perusahaan yang akan berdampak pada pengurangan karyawan," ujar Rofik.

Sementara itu, Fida pemilik Soto Madura Juanda menolak tegas rencana pelebaran trotoar dan penyempitan jalan karena selama ini dengan parkir yang maksimal saja tidak cukup. 

“Karena parkiran di Juanda bukan dimonopoli oleh kita saja tapi banyak instansi pemerintah yang berkantor di daerah ini parkir disitu. Itupun kami kewalahan,” katanya.

Dia menyebutkan, pengguna jalan untuk parkir sekitar 98 persen kendaraan pribadi. Sedangkan pejalan kaki dan pengguna sepeda bisa dihitung dengan jari. 

“Kebetulan banyak pejabat pemerintah yang makan di tempat kami karena kedekatan lokasi. Kami minta tolong bagi pejabat berwenang pakai hati nurani, jangan hanya perencanaan untuk memperindah jalan,” katanya.

Iril Sahbirin dari Restoran Padang Sederhana menegaskan, dengan perluasan trotoar tentu akan membuat jalan semakin sempit dan otomatis membuat jalan semakin macet parah. Hal ini, menurutnya, tentu membuat orang enggan untuk singgah makan. 

“Trotoar belum jadi saja omset kami menurun. Kita tidak bisa bayangkan bagaimana kalau sudah terjadi pelebaran trotoar dan penyempitan jalan, yang jelas jalan akan macet parkir tidak ada, tentu biaya operasional di ring 1 sangat besar sekali," ujarnya.

Dia berharap kepada Gubernur DKI untuk mengkaji ulang perencanaan ini karena sangat berdampak pada pengusaha restoran di sepanjang Jalan Juanda.