Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Duh Kasihan, Anak Kos Kena Imbas Perang Ukraina

Tori | Kamis, 02 Juni 2022
Duh Kasihan, Anak Kos Kena Imbas Perang Ukraina
Ilustrasi/Pixabay
-

RN - Kenaikan harga gandum dan kedelai di tingkat global akan mulai berimbas ke Indonesia. Hal ini tidak lepas dari efek perang Rusia dan Ukraina. 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan, transmisi dari kenaikan harga dua komoditas pangan tersebut ke dalam negeri sebetulnya sudah mulai terasa, tetapi baru sampai di level pedagang besar atau grosir. 

Sementara di tingkat konsumen, kenaikan harga tepung terigu hanya memberi andil inflasi 0,0008% sedangkan produk turunan kedelai yakni tempe dengan andil 0,052%. 

BERITA TERKAIT :
Bukan Cuma Emak-Emak, Harga Bawang Naik Juga Bikin Panik BPS
Regsosek Gembel di 12 Titik Jaksel, BPS Kerahkan 51 Petugas

"Tapi ini perlu diwaspadai kalau harga internasionalnya terus meningkat terutama untuk barang-barang impor pangan karena akan berdampak pada harga-harga terutama di industri turunannya," kata Margo dalam konferensi pers secara daring, Kamis (2/6/2022).

Transmisi dari kenaikan harga di tingkat internasional tersebut sudah mulai dirasakan di level grosir. Hal ini tercermin dari inflasi harga perdagangan besar (IHPB) pada Mei sebesar 0,33%, dengan inflasi di sektor industri memberi andil paling besar sebesar 0,31%.

Jika dibedah lebih lanjut, sejumlah komoditas di sektor industri yang mendorong inflasi yakni tepung terigu dan mie kering instan. Kedua komoditas tersebut memberi andil inflasi masing-masing 0,1%. 

Menurut Margo, inflasi yang terjadi di dua komponen tersebut sebagai respons dari kenaikan harga di tingkat global.

"Perkembangan harga global sudah mulai merambat ke kita, tapi masih pada level harga perdagangan besar, belum sepenuhnya masuk ke harga konsumen," kata Margo. 

Margo mengatakan, perang menjadi pemicu utama kenaikan harga energi dan pangan global beberapa bulan terakhir. Perang di Ukraina telah mengganggu rantai pasok perdagangan global sehingga meningkatkan tekanan kenaikan harga-harga di sejumlah negara. 

Menurutnya, transmisi dari kenaikan harga energi global ke dalam negeri terlihat dari keputusan pemerintah yang mulai menaikkan harga Pertamax pada awal April lalu. Sementara untuk transmisinya dari kenaikan harga pangan terutama impor baru terasa di tingkat perdagangan besar.

Sejumlah harga pangan dunia melanjutkan kenaikan sampai dengan bulan April. Harga gandum naik 1,85% dibandingkan bulan sebelumnya, harga jagung naik 3,77% dan kedelai 0,03%. 

Sebaliknya, harga energi menunjukkan penurunan secara bulanan, harga minyak mentah terkoreksi 7,99% pada April, CPO turun 5,3% dan gas alam turun 24,03%. Kenaikan harga-harga ini akan menimbulkan tekanan berupa kenaikan inflasi global. 

Dalam laporannya bulan April, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi ke atas perkiraan inflasinya baik untuk negara maju maupun berkembang. 

Di negara maju, inflasi diramal bisa mencapai 5,7% pada tahun ini, dari perkiraan sebelum perang inflasi sebesar 3,9%. Di negara berkembang, perkiraan inflasi dinaikkan dari 5,9% menjadi 8,7%.