RN - Cap menjauhi dan memusuhi Islam dibantah. KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengaku pernah menjadi santri.
Bahkan, Dudung menyatakan kalau dirinya terbiasa memberi kultum saat berkunjung ke masjid. Dudung menegaskan dirinya tidak pernah menjauhi Islam.
"Saya kalau kunjungan-kunjungan pasti saya memberikan kultum di masjid-masjid. Saya ini dulunya pernah santri. Jadi kalau ada orang mengatakan saya memusuhi Islam itu nggak benar, salah," kata Dudung di MABESAD, Jakarta Pusat, Senin, (7/2/2022).
BERITA TERKAIT :Dudung mengatakan dirinya merupakan seorang santri dan tidak pernah melewati ibadah seperti salat lima waktu dan puasa. Oleh karena itu, Dudung membantah jika ada seseorang yang menyebutkan dirinya menjauhi Islam.
"Saya santri, saya tidak pernah lewat salat lima waktunya, tidak pernah lewat puasanya. Jadi kalau saya mengatakan menjauhi Islam itu salah betul," ujar Dudung.
Seperti diberitakan, ceramah Dudung menjadi pro kontra. Dia diprotes ulama terkait ceramahnya itu.
Ssalah satu petinggi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kyai Cholil Nafis ikut menyoroti pernyataan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman saat membawakan kuliah subuh di Masjid Nurul Amin, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Di mana, dalam narasi tausiyah atau ceramahnya Jenderal Dudung meyebut bahwa tidak perlu terlalu dalam mempelajari agama. Melalui akun Twitter pribadinya, Cholil Nafis lantas mempertanyakan soal apa yang Dudung maksud.
“Apa maksudnya jangan terlalu dalam mempelajari agama?” cuit Nafis dalam akun Twitter pribadinya, Senin 6 Desember 2021.
Tak hanya itu, Cholil Nafis bahkan menyinggung soal apa yang Jenderal Dudung lakukan. Tak tanggung-tanggung, dia menawarkan apabila Jenderal Dudung ingin ganti profesi sebagai seorang penceramah agama.
Lebih lanjut, Dudung menyampaikan ada kalimat yang telah dipotong saat dirinya kultum di suatu tempat dan menjadi polemik.
Dudung menyebutkan jika mempelajari agama, jangan terlalu mendalam kalau tidak ada ustadz, kiai dan gurunya.
"Jadi saya sering kultum, di kultum itu saya sering menyampaikan kalau mempelajari agama jangan terlalu mendalam kalau tidak ada ustadznya, tidak ada kiainya, tidak ada gurunya," kata Dudung.
"Tetapi kalimat itu dipotong, 'Kalau belajar jangan mendalam' titik. Makanya kalau saya sampaikan benar sekalipun itu jadi persoalan," imbuhnya.