Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
Agar Rupiah tidak Terus Terpuruk

Aturan untuk Produk Impor harus Diperketat

Agus Supriyanto | Sabtu, 06 Oktober 2018
Aturan untuk Produk Impor harus Diperketat
Praktisi hukum-ekonomi, Dr. Wiwiek Sri Widiarty
-

RADAR NONSTOP--Aturan untuk produk-produk impor harus diperketat di Indonesia. Hal ini supaya nilai rupiah tidak terus terpuruk.

Demikian diungkapkan praktisi hukum-ekonomi, Dr. Wiwiek Sri Widiarty. "Harusnya ada pengetatan aturan yang bisa mengerem pelaku-pelaku usaha yang melakukan impor produk-produk luar negeri" ujarnya saat berbincang-bincang dengan Radar Nonstop, di Kawasan Lebak Bulus, Jaksel, Jumat (5/10/2018).

Salah satu penyebab terpuruknya nilai tukar rupiah dan terus meroketnya dolar Amerika Serikat (AS), kata dosen di Universitas Kristen Indonesia (UKI) ini adalah banyaknya produk impor. "Jangan banyak-banyak impor, lah. Para pelaku usaha tidak usah all out impor. Karena, rupiah sedang terpuruk," tukasnya.

BERITA TERKAIT :

Sebaliknya, ucap Wiwiek, harusnya para pelaku usaha banyak melakukan ekspor ke luar negeri. "Makin banyak ekspor, nilai tukar rupiah kita semakin kuat," cetusnya.

Ia pun memuji langkah pemerintah dalam meredam terus meroketnya dolar AS. "Sudah benar pemerintah meredam naiknya dolar AS ini dengan cara mengurangi produk-produk impor (barang dari luar negeri). Barang-barang branded (bermerk) kalau tidak penting, tidak usahlah dipakai/diimpor. Kurangi itu pakai dolar," sarannya.

Menurutnya, nilai mata uang saat ini fluktuatif dan berdampak pada produk-produk impor maupun ekspor. Jelas Wiwiek, saat dolar AS naik, yang dirugikan adalah pelaku usaha yang mengimpor bahan baku dari luar negeri.

"Karena, mereka bayarnya, kan, pakai dolar. Dampaknya, harga jual otomatis akan naik juga. Ini bisa mengakibatkan daya beli masyarakat turun kalau harga jadi naik semua," paparnya.

Nah, dampak positif dengan naiknya dolar, terang Wiwiek tentu ada juga yaitu bagi pelaku usaha dalam negeri yang mengekspor produknya. "Kalau dulu itu contohnya pengusaha rotan. Mereka banyak jadi OKB alias orang kaya baru karena produk mereka yang diekspor dibayarnya pakai dolar," tandasnya.

Pun, sambungnya, dengan pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang bahan bakunya dari dalam negeri. "Seperti di Yogya, penjual gerabah, ukir-ukiran atau interior mebel itu ketiban untung dengan naiknya dolar. Karena, ekspor produk mereka dibayar dengan dolar," imbuhnya.

Adapun naiknya dolar AS ini, tegas Wiwiek, juga berdampak pada sektor pariwisata di Asia. "Pariwisata juga kena dampaknya. Khususnya Asia. Turis Asia juga akan berkurang ke luar negeri," sebutnya.