RADAR NONSTOP- Pengamat Komunikasi Politik dari Institut Riset Indonesia atau INSIS Wildan Hakim rendahnya persentase pemberitaan dari politikus millenial di DPR periode 2019-2019 ini setidaknya dipicu oleh dua faktor.
Pertama, kata dia, ketidaksiapan para politikus millenial DPR periode 2019-2024 untuk menyatakan opini mereka di depan wartawan. Kedua, rendahnya kesadaran politikus millenial tentang peran penting media massa sebagai medium komunikasi politik.
“Pemahaman yang baik terhadap isu dan isi menjadi sangat penting. Sebab, para politikus di Senayan ini merupakan politikus nasional. Paham isu tidak cukup, isi atau substansi dari isu juga harus dikuasai secara baik agar peran anggota parlemen sebagai wakil rakyat ini bisa terlihat dan terasa,” ujarnya dalam keterangan pers, Minggu (1/12/2109).
BERITA TERKAIT :Dalam riset bertajuk Citra Politikus Senayan di Enam Media Massa ini, Wildan menjelaskan ada 1.765 judul berita dari berbagai tema yang dijadikan unit analisis. Dari angka tersebut, terdapat 1.427 judul berita bertemakan politik dan 264 berita bertemakan hukum.
Sepanjang Oktober 2019 lalu, berita politik yang disajikan banyak mengulas seputar perebutan kursi pimpinan MPR, amandemen UUD 1945 dan GBHN, pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI, serta Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) KPK.
“Seharusnya isu-isu ini bisa direspon juga oleh politikus millenial sehingga kiprah mereka politikus generasi baru ini segera terlihat. Nah, hasil riset media monitoring kami menunjukkan, dari delapan politikus millenial hanya tiga yang dikutip pernyataannya di enam media massa. Mereka adalah Hillary Brigita Lasut, Puteri Anetta Komaruddin, dan Rizki Aulia Rahman Natakusumah,” jelas Wildan Hakim yang juga dosen di FISIP Universitas Al Azhar ini.