RADAR NONSTOP--Dalam rangka meningkatkan sistem logistik produksi di daerah-daerah tertinggal, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menjalin kerja sama dengan PT Pos Indonesia. Dengan menggandeng PT Pos Indonesia, diharapkan, sistem logistik hasil produksi di daerah tertinggal dapat ditingkatkan secara signifikan.
Tujuan kerjasama ini agar persoalan terkait minimnya aksesibilitas dan transportasi tidak menghambat distribusi hasil produksi daerah tertinggal kepada pusat pertumbuhan.
Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kemendes PDTT Samsul Widodo dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/9/2018).
"Dalam skema kerja sama yang terbangun, PT Pos Indonesia diharapkan dapat membantu menyediakan box untuk mengangkut hasil produksi di daerah tertinggal, misalnya mengangkut hasil panen petani mangga. Untuk memperlancar proses distribusi, petani akan diajarkan cara untuk menyortir buah-buahan dengan kualitas terbaik. Kemudian petani tinggal memasukkan mangga ke dalam box yang sudah disediakan," tandas Samsul.
Ucap Samsul, PT Pos Indonesia nantinya akan mengangkut hasil produksi tersebut dan mengirimnya ke konsumen di seluruh Indonesia. Tidak hanya buah-buahan, skema distribusi produk daerah tertinggal ini juga akan diterapkan di komoditas lain, seperti sayuran, ikan segar, bahkan ikan hias mengingat potensi produk unggulan di daerah tertinggal yang sangat beragam.
"Pilot project kerja sama dengan PT Pos Indonesia ada di 4 titik, yakni di Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Berau, dan Sorong. Khusus Kabupaten Berau dan Sorong, komoditas yang dipilih adalah ikan segar mengingat besarnya potensi ikan segar yang dimiliki kedua kabupaten tersebut," ujarnya.
Selain aksesibilitas dan transportasi, Samsul juga menilai permasalahan lain yang berkaitan dengan produksi komoditas, unggulan tidak hanya daerah tertinggal, tapi hampir di seluruh daerah di Indonesia. Permasalahan dalam hal ini adalah mengenai ketersediaan lahan perkebunan yang masih minim.
Paparnya, rata-rata daerah tidak memiliki banyak perkebunan mangga, alpukat, pisang, manggis, dan lainnya. Tetapi, pohon buah-buahan tersebut dapat tumbuh subur di pekarangan-pekarangan rumah penduduk dengan jumlah yang tidak sedikit.
"Artinya, ke depan akan dikembangkan teknologi untuk melakukan pendataan pohon-pohon tersebut sehingga hasil panennya dapat dikonsolidasi bahkan dapat diprediksi waktu panen. Hal ini akan memudahkan konsumen untuk mendapat kepastian produksi," imbuhnya.