RADARA NONSTOP - Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan tak terawat. Sepinya event membuat komplek olahraga terlihat kumuh dan tak terawat.
Bahakan kawasan olahraga bertaraf international seluas 325 hektar, tempat digelarnya PON XVI 2004, SEA Games 2011 dan Asian Games 2018 itu kini jadi tempat pacaran muda-mudi.
"Pasca Asian Games 2018 di sini sepi tak terawat. Kalau malam banyak muda mudi pacaran," aku seorang warga yang ditemui radar nonstop di Jakabaring, Kamis (5/9) malam.
BERITA TERKAIT :Dari pantauan radar nonstop, hanya ada cara voli pasir yang sedang menggelar acara Pra PON 2020. Di acara itu sekitar 34 provinsi sedang berlaga.
"Tak terawat lihat saja rumputnya. Dan atap venue banyak yang rusak," keluh warga setempat.
Jakabaring dulunya satu lanskap rawa gambut yang terletak di Palembang Ulu, Palembang, yang diubah atau direklamasi di penghujung pemerintahan Orde Baru. Sebelum direklamasi, Jakabaring dijadikan persawahan pasang surut, perkebunan sayur, dan lokasi pencarian ikan warga.
Pemilik lahan atau yang menggarap lahan, umumnya warga yang menetap di Plaju dan Kertapati Palembang. Dulu, di Jakabaring masih banyak ditemukan buaya, ular, beruang, rusa, dan bahkan tahun 1950-an, menjadi wilayah jelajah harimau sumatera.
Luas rawa gambut Jakabaring yang direklamasi sekitar 2.400 hektar, yang terbentuk karena genangan atau aliran dari anak Sungai Musi di sebelah utaranya atau Sungai Ogan dari sebelah selatan. Beberapa anak Sungai Musi yang berada di Palembang Ulu, seperti Sungai Aur, dulunya bermuara ke Jakabaring.
Lanskap Jakabaring ini juga terhubung dengan kawasan rawa gambut di Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, yang kini kondisinya juga mulai rusak sehingga hampir setiap tahun dibakar masyarakat untuk bertani dan berkebun.