RADAR NONSTOP - Sejumlah rumah makan di Kota Bekasi mengalami penurunan omzet. Kondisi itu, terkait dengan pengurangan sambal yang disediakan.
Tidak itu saja, bahkan beberapa rumah makan mengaku tidak menyediakan sambal. Dikuranginya, bahkan tidak disediakan sambal, tidak lepas dari semakin "pedasnnya" harga cabai saat ini.
Pengurangan konsumsi sambal tidak saja dilakukan para pemilik rumah makan bagi konsumennya, melainkan juga dilakukan ibu rumah tangga.
Seperti dikatakan Windy, seorang Ibu muda warga Kelurahan Kayuringin Jaya Kota Bekasi. Ia mengaku, tingginya harga cabai yakni Rp 100 ribu per kilogram membuatnya tidak menggunakan cabai dalam menu masakan.
"Sebenarnya kami satu keluarga pecinta pedas. Namun karena harga cabai sangat pedas, maka untuk sementara, saya tidak menkonsumsi sambal sampai harganya stabil," terang Windy kepada RADAR NONSTOP (Rakyat Merdeka Group), Minggu (28/7).
Senada dikatakan Uda pemilik rumah makan Padang di Jalan Lapangan Tengah, Kelurahan Margahayu, Kota Bekasi. Menurutnya, akibat tingginya harga cabai, dirinya sempat tidak menyediakan sambal. Akibatnya, banyak dari pelanggan komplain dan berpengaruh kepada omzet.
"Akhirnya, guna mengembalikan para pelanggan, dirinya terpaksa mensiasati dengan tetap menyediakan sambal di tengah harga yang sangat tinggi," terangnya.
Berbeda dengan Bu Mira, pedagang pecal keliling di kawasan Bekasi Utara. Ia mengatakan kalau harga cabai sekarang sedikit di bawah Rp 100.000.
"Tapi apapun itu, buat kami pedagang kecil sangat berpengaruh. Pemerintah sepantasnya mengingat kehidupan rakyat golongan menengah jauh kebawah," imbuhnya.